Kamis, 27 Juni 2013

makalah diagnosa dan prognosa



MAKALAH
DIAGNOSA DAN PROGNOSA DALAM BK
Description: F:\logo ups tegal\LOGO TRANG.jpg
Makalah ini di susun untuk memenuhi tugas
Mata Kuliah : APTL 1
Dosen Pengampu : Sri Adi Nurhayati, S.Psi.MM
Oleh Kelompok 6
Minggu Ke-6
Nama Anggota :
Muhamad Fadilah                   1111500122
Risqiawan Hendratno             1111500215
Tri Widi Astuti                        1111500157
Sri Handayani                         1111500223
Yusni Harti                             1111500168
Zaldi Muzani                           1111500233

BIMBINGAN DAN KONSELING
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PANCASAKTI TEGAL
2013

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
B.     RUMUSAN MASALAH
C.     TUJUAN MASALAH
BAB II PEMBAHASAN
A.    DIAGNOSA DAN PROGNOSA
a.       Pengertian Diagnosa secara operasional
b.      Pengertian Prognosa secara operasional
c.       Pengertian Diagnosa dan Prognosa dalam BK
B.     MASALAH PRIBADI
a.       Pengertian masalah Pribadi
b.      Masalah Pribadi dalam BK
c.       Contoh kasus
C.     MASALAH SOSIAL
a.       Pengertian masalah Sosial
b.      Masalah sosial dalam BK
c.       Contoh kasus

BAB III PENUTUP
a.       Kesimpulan
b.      Saran
D.    DAFTAR PUSTAKA
           
















BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah
Dalam perkembangan dan kehidupan setiap manusia sangat mungkin timbul berbagai permasalahan. Baik yang dialami secara individual, kelompok, dalam keluarga, lembaga tertentu atau bahkan bagian masyarakat secara lebih luas. Untuk itu ditentukan adanya bimbingan sebagai suatu usaha pemberian bantuan yang diberikan baik kepada individu maupun kelompok dalam rangka memecahkan masalah yang dihadapi. Salah satu hal penting yang perlu diperhatikan alam memberikan bimbingan adalah memahami individu (dalam hal ini peserta didik) secara keseluruhan, baik masalah yang dihadapinya maupun latar belakangnya. Sehingga peserta didik diharapakan dapat memperoleh bimbingan yang tepat dan terarah.(http://madoka-blogku.blogspot.com/2012/04/contoh-studi-kasus-bimbingan-konseling.html) Kamis, 6 juni 2013 11:56
Pelaksanaan bimbingan dan konseling di Sekolah Menengah Atas, bukan semata-mata terletak pada ada atau tidak adanya aturan baku (perundang-undangan) atau ketentuan dari atas, namun yang lebih penting adalah menyangkut penanganan kasus. Penanganan kasus merupakan bentuk nyata dari pelakasanaan bimbingan konseling di Sekolah. Selain itu, hal yang juga penting adalah upaya memfasilitasi siswa, agar mampu mengembangkan potensi dirinya atau mencapai tugas-tugas perkembangannya. Tugas perkembangan itu menyangkut aspek fisik, emosi, intelektual, sosial, dan moral-spiritual.
Siswa sebagai seorang individu yang sedang berada dalam proses berkembang atau menjadi (on becoming), yaitu berkembang ke arah kematangan atau kemandirian mereka selalu melakukan interaksi sosial. Untuk mencapai kematangan tersebut, siswa memerlukan bimbingan karena mereka masih kurang memiliki pemahaman atau wawasan tentang dirinya dan lingkungan sosialnya, juga pengalaman dalam menentukan arah kehidupannya. Disamping itu terdapat suatu keniscayaan bahwa proses perkembangan siswa tidak selalu berlangsung secara mulus, atau bebas dari masalah. Dengan kata lain, proses perkembangan itu tidak selalu berjalan dalam alur linier, lurus, atau searah dengan potensi, harapan dan nilai-nilai yang dianut.
Perkembangan siswa tidak lepas dari pengaruh lingkungan, baik fisik, psikis maupun sosial. Sifat yang melekat pada lingkungan adalah perubahan. Perubahan yang terjadi dalam lingkungan dapat mempengaruhi gaya hidup (life style) warga masyarakat. Apabila perubahan yang terjadi itu sulit diprediksi, atau di luar jangkauan kemampuan, maka akan melahirkan kesenjangan perkembangan perilaku siswa, seperti terjadinya stagnasi (kemandegan) perkembangan, masalah-masalah , sosial atau penyimpangan perilaku.
Pelayanan bimbingan sangat diperlukan agar potensi yang dimiliki oleh peserta didik dapat dikembangkan secara optimal. Program bimbingan diarahkan untuk dapat menjaga terjadinya keseimbangan dan keserasian dalam perkembangan intelektual, emosional dan sosial.
Selain itu program bimbingan diharapkan dapat mencegah dan mengatasi potensi-potensi negatif yang dapat terjadi dalam proses pembelajaran pada SKM/SSN. Potensi negatif tersebut misalnya peserta didik akan mudah frustasi karena adanya tekanan dan tuntutan untuk berprestasi, peserta didik menjadi terasing atau agresif terhadap orang lain karena sedikit kesempatan untuk membentuk persahabatan pada masanya, ataupun kegelisahan akibat harus menentukan keputusan karir lebih dini dari biasanya.
Layanan bimbingan diperlukan siswa untuk memenuhi kebutuhan individual anak baik secara psikologis maupun untuk mengembangkan kecakapan sosial agar dapat berkembang optimal. Hal ini senada dengan pendapat Leta Hollingworth yang dikutip Wahab pada tahun 2004 yang mengindikasikan bahwa “gifted children do have social/emotional needs meriting attention”. Ditegaskan bahwa betapa pentingnya persoalan kebutuhan sosial/emosional anak berbakat memerlukan perhatian orang dewasa di sekitarnya, karena boleh jadi kondisi demikian akan berpengaruh kepada kinerja dan aktivitas anak dalam belajarnya.
Untuk itu, guru pembimbing sangat berperan dalam perkembangan siswa terutama dalam proses pergaulan, yang mana hubungan sosial sangat berpengaruh terhadap motivasi belajarnya. Misalnya ada siswa yang tergolong pintar, tetapi tidak mempunyai teman seumurannya akibat dari ketidakmampuan berinteraksi dengan lingkungan sosialnya. (http://alpangeano.wordpress.com/2011/11/03/penanganan-kasus-terhadap-sisawa-yang-mengalami-masalah-sosial/)  jam 17:11 tanggal 10 juni 2013

Bimbingan dan konseling -sosial adalah upaya yang dilakukan untuk memberikan bantuan kepada individu untuk mengembangkan dirinya melalui pemahaman dan pengembangan seluruh potensi diri serta kompetensi-kompetensi -sosial yang dimiliki, sehingga individu memperoleh keselarasan dalam menjalani hidup baik dalam dimensi  (intrapersonal) maupun antar  (interpersonal).
Pada hakekatnya kompetensi -sosial banyak dirumuskan secara berbeda, intrapersonal dan interpersonal, self-knowledge dan interpersonal skill, dan atau personal and social skills. Ketiga rumusan tersebut pada hakekatnya memiliki maksud dan pengertian yang relatif sama, yaitu menggambarkan antara kompetensi -sosial yang terkait dengan orang lain atau lingkungannya yang didasari dengan adanya komitmen transcendetal, yaitu dengan pencipta-nya. Kedua relasi intra dan inter -sosial merupakan suatu kesatuan yang secara fungsional sulit dipisahkan, sehingga kedua kecakapan dipandang lebih fungsional dan bermakna, manakala disatukan.

B. RUMUSAN MASALAH
1.      Apa yang dimaksud dengan diagnosa dalam BK?
2.      Apa yang dimaksud dengan diagnosa secara operasional?
3.      Apa yang dimaksud dengan prognosa dalam BK?
4.      Apa yang dimaksud dengan prognosa secara operasional?
5.      Apa yang dimaksud dengan masalah  dan sosial dalam  BK?

C. TUJUAN PENULISAN
1.      Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan diagnosa dalam BK.
2.      Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan diagnosa dipandang secara operasional.
3.      Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan prognosa dalam BK.
4.      Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan prognosa dipandang secara operasional.
5.      Untuk mengetahui masalah  dan sosial dalam BK.




BAB II
PEMBAHASAN

A. DIAGNOSA DAN PROGNOSA
a.      Pengetian diagnosa secara operasional

(http://www.kalbemed.com/Portals/6/23_199OpiniManajemen%20Diagnosis%20bagi%20Dokter%20Keluarga.pdf)Selasa, 18 juni 2013 pukul 16:52 secara umum dapat disimpulkan bahwa pengertian diagnosis adalah proses kognitif yang berkaitan dengan pendefinisian masalah kesehatan yang dihadapi oleh pasien beserta hal-hal penting yang menyertainya.1,7–9 Heneghan et al, membagi langkah-langkah mendapatkan diagnosismeliputi inisiasi diagnosis, refi nement, danperumusan diagnosis akhir.1 Strategi dalaminisiasi diagnosis meliputi spot diagnosis(seperti kasus kulit sekali lihat), self labeling(“label” penyakit pasien), presenting complaint(seperti yang biasa dijumpai dalam text book yakni berdasar keluhan utama), Patternrecognition trigger (berdasar pengenalan pola seperti mudah haus adalah bagian dari gejaladiabetes). Strategi dalam refi nement, meliputi restricted rule outs atau Murtagh process(menyingkirkan kemungkinan diagnosis paling serius), stepwise refi nement (lebihmeningkatkan presisi secara anatomis atau
proses patologis yang mendasari), probabilistic reasoning (menambah pemeriksaan tertentuuntuk memperbesar kemungkinan menerimaatau menolak suatu diagnosis), patternrecognition fit (mencocokkan pola data gejala,pemeriksaan fi sik dan penunjang saat inidengan pola sebelumnya), clinical predictionrule (mencocokkan pola gejala dan tandapenyakit dengan aturan-aturan valid sepertikonsensus Perkeni dan perhimpunan ahlilainnya atau dari evidence yang ada [contohtabel 2]). Pada tahap terakhir pembuatandiagnosis atau perumusan diagnosis akhir,strategi yang diterapkan meliputi: knowndiagnosis (kurang dari 50% perumusandiagnosis akhir diperoleh dengan cara ini;yakni sudah memiliki taraf yang cukup untuk membuat kepastian diagnosis dan memulaiprogram terapi selanjutnya), ordering furthe tests (meningkatkan kepastian denganmelakukan pemeriksaan tambahan untuk
menerima atau menolak kemungkinan diagnosis), test of treatment (memberikan
terapi serta melihat respons apakah diagnosis diterima atau ditolak), test of time (melakukan“wait and see” sehingga gejala dan tandamenjadi jelas) dan no label applied (tidak dapatdikenali dari pola diagnosis yang ada, pasiendidatangkan kembali di lain waktu).

b.      Pengertian prognosa secara operasional
Selasa, 18 Juni 2013 pukul 17:08
Definisi Prognosis adalah prediksi dari kemungkinan perawatan, durasi dan hasil akhir suatu penyakit berdasarkan pengetahuan umum dari patogenesis dan kehadiran faktor risiko penyakit. Prognosis muncul setelah diagnosis dibuat dan sebelum rencana perawatan dilakukan.
Faktor-faktor prognosis adalah karakteristik yang memprediksi hasil akhir suatu penyakit begitu penyakit itu muncul sedangkan faktor-faktor risiko adalah karakteristik individu yang membuatnya berisiko tinggi menderita suatu penyakit. Prognosis sering rancu dengan risiko. Pada beberapa kasus, faktor prognosis dan faktor risiko sama. Misalnya pasien dengan diabetes atau perokok berisiko lebih tinggi menderita penyakit periodontal, dan setelah mereka terinfeksi maka secara umum mereka memiliki prognosis yang lebih buruk.
Faktor-faktor yang harus diperhatikan saat menentukan prognosis
A. Faktor klinis keseluruhan
1.Umur pasien
prognosis dua pasien dengan sisa tingkat perlekatan jaringan ikat dan tulang alveolar yang sama lebih baik pada pasien yang lebih tua.Pasien yang lebih muda memiliki jangka waktu kemunculan destruksi periodontal yanglebih pendek sehingga proses perbaikan periodontal yang mungkin muncul secaraalami akan terlampaui. Selain itu pada beberapa kasus, pasien muda menderitaagressive periodontitis, memiliki penyakit sistemik atau merokok.
2.Tingkat keparahan penyakit periodontal sebelumnya
Hal yang harusdiperhatikan : kedalaman poket, tingkat perlekatan, tingkat kehilangan tulang, dan tipedefek tulang.
3.Kontrol plak
Plak merupakan faktor etiologi utama dari penyakit periodontal.

c.       Pengertian diagnosa dan prognosa dalam BK
 Sebagai layanan profesional, layanan bimbingan dan konseling tidak bisa dilakukan secara sembarangan, tetapi harus dilakukan secara tertib sesuai dengan prosedur tertentu, yang umumnya terdiri dari enam tahap, yaitu: (A) Identifikasi kasus, (B) Identifikasi masalah, (C) Diagnosis, (D) Prognosis; (E) Pengobatan, (F) Evaluasi dan Tindak Lanjut
A. Identifikasi kasus
Identifikasi kasus merupakan langkah awal untuk menemukan peserta didik yang diduga memerlukan layanan bimbingan dan konseling. Robinson (Abin Syamsuddin Makmun, 2003) memberikan beberapa pendekatan yang dapat dilakukan untuk mendeteksi peserta didik yang diduga memerlukan layanan bimbingan dan konseling, yaitu:
1. Call them pendekatan, melakukan wawancara dengan memanggil semua siswa untuk bergiliran sehingga dengan cara ini akan menemukan bahwa siswa benar-benar membutuhkan layanan konseling.
2. Menjaga hubungan baik, menciptakan hubungan yang baik, penuh keakraban sehingga tidak ada kesenjangan antara guru pembimbing siswa. Hal ini dapat dilakukan melalui berbagai cara yang tidak hanya terbatas pada hubungan kegiatan belajar mengajar, misalnya melalui kegiatan ekstra kurikuler, rekreasi dan situasi informal lainnya.
3. Mengembangkan keinginan untuk konseling, menciptakan suasana yang menyebabkan kesadaran peserta didik akan menjadi masalah. Misalnya, dengan mendiskusikan dengan siswa yang bersangkutan tentang hasil tes, seperti tes kecerdasan, tes bakat, dan hasil pengukuran lainnya untuk dianalisis bersama-sama dan melakukan berbagai tindak lanjutnya.
4. Melakukan analisis terhadap hasil belajar siswa, dengan cara ini bisa menjadi tingkat dikenal dan jenis kesulitan atau kegagalan yang dihadapi oleh peserta didik belajar.
5. Sosiometris analisis, dengan cara ini dapat ditemukan peserta didik yang diduga mengalami kesulitan penyesuaian sosial.
B. Identifikasi Masalah
Langkah ini merupakan upaya untuk memahami jenis, karakteristik kesulitan atau masalah yang dihadapi oleh peserta didik. Dalam konteks Proses Belajar Mengajar, peserta didik dapat mengeluarkan terkait dengan aspek: (1) secara substansial - materi, (2) struktural -fungsional, (3) perilaku.Untuk mengidentifikasi kasus dan masalah peserta didik, Prayitno dkk. telah mengembangkan suatu instrumen untuk melacak masalah siswa, dengan apa yang disebut Alat Mengungkapkan Masalah (AUM). Instrumen ini sangat membantu untuk menemukan kasus dan mendeteksi lokasi kesulitan yang dihadapi oleh siswa, tentang aspek-aspek: (1) jasmani dan kesehatan, (2) diri , (3) hubungan sosial, (4) ekonomi dan keuangan, (5 ) karir dan pekerjaan, (6) pendidikan dan pembelajaran, (7) agama, nilai dan moral; (hubungan pemuda; (9) keadaan dan hubungan keluarga, dan (10) waktu senggang.
C. Diagnosis
Diagnosis merupakan upaya untuk menemukan faktor penyebab atau menyebabkan masalah peserta didik. Belajar Mengajar dalam konteks faktor-faktor yang menyebabkan kegagalan peserta didik untuk belajar, dapat dilihat dari segi input, proses, atau out put belajar. W.H. Burton dibagi menjadi dua faktor yang dapat menyebabkan kesulitan belajar atau kegagalan siswa, yaitu: (1) faktor internal, faktor besumber peserta didik dalam dirinya sendiri, seperti: kondisi fisik dan kesehatan, kecerdasan, bakat, kean, emosi, sikap dan lainnya psikologis kondisi, dan (2) faktor eksternal, seperti lingkungan rumah, lingkungan sekolah termasuk guru dan faktor lingkungan sosial dan sejenisnya.
D. Prognosis
Langkah ini dilakukan untuk memperkirakan apakah masalah yang dialami peserta didik masih mungkin untuk diatasi serta menentukan berbagai alternatif solusi, ini dilakukan dengan mengintegrasikan dan menginterpretasikan hasil langkah kedua dan ketiga. Proses mengambil keputusan pada tahap ini harus dilaksanakan konferensi kasus pertama, melibatkan pihak-pihak yang terkait dengan masalah yang dihadapi siswa untuk diminta bekerja sama untuk membantu menangani kasus - kasus di tangan.

E. Pengobatan
Langkah ini merupakan upaya untuk melaksanakan perbaikan atau penyembuhan masalah yang dihadapi klien, berdasarkan keputusan yang diambil dalam langkah prognosis. Jika jenis dan sifat serta sumber masalahnya masih berkaitan dengan sistem pembelajaran dan masih tetap dalam kemampuan dan kemampuan guru pembimbing atau konselor, bantuan konseling dapat dilakukan oleh guru atau guru pembimbing itu sendiri (intervensi langsung ), melalui berbagai layanan pendekatan yang tersedia, apakah itu direktif, non-direktif atau eklektik yang menggabungkan kedua pendekatan tersebut.
Namun, jika masalah tersebut terkait dengan aspek kean yang lebih dalam dan lebih luas maka tugas utama seorang guru atau guru pembimbing / konselor terbatas hanya membuat rekomendasi kepada ahli yang lebih kompeten (referal atau menyerahkan kasus ini).

F. Evaluasi dan Follow Up
Cara apapun yang akan diambil, evaluasi upaya pemecahan masalah masih harus dilakukan untuk melihat bagaimana pengaruh tindakan bantuan (treatment) yang telah diberikan untuk memecahkan masalah yang dihadapi oleh peserta didik.Berkenaan dengan evaluasi bimbingan dan konseling, Depdiknas (2003) telah memberikan kriteria keberhasilan layanan bimbingan dan konseling adalah:

1. Pengembangan wawasan baru yang diperoleh peserta didik yang berkaitan dengan masalah
2. Perasaan positif sebagai hasil dari proses dan materi yang disampaikan melalui layanan, da
3. Merencanakan kegiatan yang akan dilakukan oleh peserta didik setelah pelaksanaan layanan dalam rangka mewujudkan upaya lebih lanjut untuk mengatasi masalah yang dialami.
Sementara itu, Robinson dalam Abin Syamsuddin Makmun (2004) mengemukakan beberapa kriteria dari keberhasilan dan efektivitas layanan yang diberikan, yang terbagi ke dalam kriteria kriteria keberhasilan yang tampak segera dan kriteria jangka panjang.
Kriteria keberhasilan segera muncul, termasuk apabila:
1. Peserta didik (klien) telah menyadari (menyadari) untuk setiap masalah yang dihadapi. \
2. Peserta didik (klien) harus memahami (self insight) permasalahan yang dihadapi.
3. Peserta didik (klien) telah mulai menunjukkan kesediaan untuk menerima diri mereka sendiri dan masalah secara obyektif (self acceptance).
4. Peserta didik (klien) telah menurun ketegangan emosi (stres emosi rilis).
5. Peserta didik (klien) telah menurun perlawanan terhadap lingkungan
6. Peserta didik (klien) telah menunjukkan sikap keterbukaan Melai dan bersedia untuk memahami dan menerima kenyataan dalam lingkungan obyektif.
7. Peserta didik (klien) mulai menunjukkan kemampuannya untuk mempertimbangkan, membuat pilihan dan mengambil keputusan yang sehat dan rasional.
8. Peserta didik (klien) telah menunjukkan kemampuan untuk melakukan upaya perbaikan dan adaptasi terhadap lingkungannya, sesuai dengan dasar pertimbangan dan keputusan yang telah diambil.
9. Sedangkan kriteria keberhasilan jangka panjang, termasuk apabila:
10. Peserta didik (klien) telah menunjukkan kepuasan dan kebahagiaan dalam hidupnya dihasilkan oleh tindakan dan upaya.
11. Peserta didik (klien) telah mampu menghindari kemungkinan faktor pencegahan yang dapat membawanya ke dalam kesulitan.
12. Peserta didik (klien) telah menunjukkan sifat-sifat yang kreatif dan konstruktif, produktif dan kontributif akan akomodatif sehingga ia diterima dan mampu menjadi anggota kelompok yang efektif. Dibawah ini merupakan keterangan Diagnosa dan Prognosa secara lebih spesifik dalam BK.

           
Diagnosis
Setelahmengadakanidentifikasikasusataudenganarti kata memperkirakanapa yang terjadipadapesertadidik, makadiadakananalisismasalah yang dihadapipesertadidikataudengan kata lain menetapkan “masalah” yang berdasarkananalisislatarbelakang yang menjadipenyebabtimbulnyamasalah, ataudisebutdengan“diagnosis.”
Di dalamsituswikipedia, “diagnosis adalahidentifikasimengenaisesuatu.Diagnosis digunakandalammedis, ilmupengetahuan, teknik, bisnis, dll.”(wikipedia.com).SedangkanmenurutDewaKetutdanDesak Made, Diagnosis adalahlangkahmenemukanmasalahnyaataumengindentifikasimasalah. (DewaKetutSukardidanDesak Made Sumiati,: 31). SelanjutnyaDewaKetutdanDesakMademenjelaskan “langkahinimencakup proses interpretasi data dalamkaitannyadengangejala-gejalamasalah, kekuatandankelemahansiswa. Dalam proses penafsiran data dalamhubungannyadenganpenyebabmasalah, peyuluhanharuslahmenentukanpenyebabmasalah yang paling mendekatikebenaranataumenghubungkansebabakibat yang paling logisdanrasional.” (DewaKetutSukardidanDesak Made Sumiati,:31).
            DijelaskanolehSyahrildanRiskaLangkah diagnosis ataulangkah yang keduaini (dalambukunya) adalah “untukmengetahuijenisdansifatkesulitansertalatarbelakangmasalah yang dihadapiseseorang.Berdasarkanlangkahkeduainilahkitadapatmenetapkanapakira-kiramasalahseseorangsertaapapenyebabdarimasalahtersebut.”(SyahrildanRiska Ahmad, 1987:86).SelanjutSyahrildanRiskamenjelaskan “Cara yang dapatditempuhuntukmencapaitujuaniniadalahdenganjalananalisishasilbelajar, analisiskaryatulis, sosiometri, DPM, PSKB, angket, wawancara, observasi, pertemuankasus, dansebagainya.
            Artinyadalamlangkahinidilakukankegiatanpengumpulan data mengenaiberbagaihal yang menjadilatarbelakangatau yang melatarbelakangigejala yang muncul.Dalamsitusmassofa.wordpress, 2008 masihmenceritakankasus Benin tadi.“Padakasus Benin, dilakukanpengumpulaninformasidariberbagaipihak.Yaitudari orang tua, temandekat, guru danjuga Benin sendiri.Dari informasi yang terkumpul, kemudiandilakukananalisismaupunsistesisdandilanjutkandenganmenelaahketerkaitaninformasilatarbelakangdengangejala yang nampak.Dari informasi yang didapat, Benin terlihatmenjadipendiamdanprestasibelajarnyamenurun.Dari informasikeluarga di dapatketeranganbahwakedua orang tua Benin telahbercerai.Berdasarkananalisisdansistesis, kemudiandiperkirakanjenisdanbentukmasalah yang adapadadiri Benin yaitukarena orang tuanyatelahberceraimenyebabkan Benin menjadipendiamdanprestasibelajarnyamenurun, maka Benin sedangmengalamimasalah .”(wordpress.com, 2008).

            Setelahmelakukansemua yang berdasarkan di atas, makaseorangkonselormelakukan Prognosis, Pemecahanmasalah, penilaian (evaluasi), dantindaklanjut (follow-up).
 Prognosis
MenurutSayhrildanRiska.“Prognosis merupakanusahauntukmenelaah/mengkajimasalah yang dialamiseseorang, termasukkemungkinan-kemungkinan yang akantimbuljikamasalahitudibantu, sertamemperkirakanteknikataujenisbantuan yang akandiberikankepada orang yang mengalamimasalahtersebut.”(SyahrildanRiska Ahmad, 1987:86).Ataudengan kata lainmenurutDewaketutdanDesak Made Prognosis adalah “suatulangkahmengenaialternatifbantuan yang dapatataumungkindiberikankepadasiswasesuaidenganmasalah yang dihadapisebagaimana yang ditemukandalamlangkah diagnosis. (DewaKetutSukardidanDesak Made Sumiati,:32)

B. MASALAH PRIBADI
a. Pengertian Masalah pribadi secara operasional
Kamis 20 juni 2013, pukul 16:36
Berbicara mengenai manusia bukanlah sesuatu yang mudah dan sederhana  untuk dibicarakan, karna manusia banyak memiliki  keunikannya maka keunikan tersebut dinyatakan sebagai kodrat manusia, ataupun sebaliknya, begitu banyak permasalahan yang ditimbulkannya maka permasalahan merupakan masalah sekaligus manusia mampu menyelesaikan berbagai permasalahan yang timbul dalam berbagai kehidupan. Manusia sulit difahami dan dimengerti secara menyeluruh tetapi juga manusia mempunyai banyak kekuatan-kekuatan spiritual yang mendorong seseorang mampu bekerja dan mengembangkan nya secara mandiri.
            Arti  menurut lughah adalah mandiri, sendiri. Dan arti  menurut istilah ialah manusia mandiri dalam menentukan kehendaknya, menentukan sendiri setiap perbuatannya dalam pencapaian kehendaknya.
Allah Yang Maha Kuasa telah memberikan akal budi, manusia tahu apa yang harus dilakukannya, mengapa harus melakukannya, karena manusia adalah mahluk hidup, yang mampu memberdayakan akal budinya, maka manusia mempunyai berbagai kemampuan, mampu berfikir, berkreasi, berinovasi ,memberdayakan kekuatannya sehingga manusia tidak pernah berhenti untuk berkembang dalam mengembangkan dirinya sebagai suatu upaya dalam pemenuhan kebutuhan hidupnya dalam mengaktualisasikan sebagai indifidu.
Berkaitan dengan hal tersebut Abraham Maslow dalam salah satu teorinya menyatakan “Manusia banyak mempunyai kebutuhan,dan kebutuhan itu menyangkut kebutuhan akan kekuatan,lahir bathin, kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan menjadi anggota kelompok, kebutuhan ego, serta kebutuhan untuk mengembangkan dan mengaktualisasikan dirinya”
            Maka, manusia dalam mengaktualisasikan dirinya secara nandiri, dibutuhkan suatu proses pembelajaran beserta latihan  yang terus-menerus dalam meraih perestasinya yang  mengarah kepada sesuatu yang menjadi visi dan misi hidupnya  masing-masing. Tetapi sering kali manusia dalam mengembangkan dirinya sering kali dihanyutkan dan dihempaskan oleh berbagai realita nyata yang ada disekitarnya apakah itu berupa cobaan, kegagalan ,hambatan rintangan, persaingan dsb. Artinya manusia akan menemukan berbagai kendala dalam menuai jati dirinya dan tidak selalu mulus, dan kendala-kendala ini harus kita hadapi dengan mencari berbagai terobosan, mengetahui akar permasalahannya, dan dicari jalan penyelesaiannya , sehingga akan menjawab semua tantangan dan rintangan yang dihadapi manusia sebagai nyata upaya pembelajaran diri, manusia tanpa mengalami proses pembelajaran diri , manusia akan sulit menjadi manusia mandiri.
            Kecenderungan manusia dalam merubah sebagai  mandiri, sering kali pada kenyataannya  menjadi lain, hal itupun sebagai suatu proses pembentukan keannya.
            Pada dasarnya pembentukan kean adalah suatu proses pembelajaran dalam  diri yang selalu melekat dan tak akan pernah berakhir kecuali berakhirnya dengan kematian.
Proses pembentukan diri melibatkan manusia secara keseluruhan dalam masa sejarah kehidupan  yang merupakan kegiatan masa lampai maupun kegiatan dimasa mendatang. Kemudian  terbentuknya individu dan kegiatan individu tidak ditentukan oleh pengalamannya saja tetapi ada proses interaksi antasa individu dengan lingkungan disekitarnya, dalam hal ini individu sebagai subjek dalam nengelola pengalamannya, bahkan memiliki berbagai pengalamannya. Dan manusia dengan pengalamannya mampu berinteraksi  sebagai mahkuk social, manusia terpanggil untuk mengembangkan dirinya, bertafakur dengan dirinya, melakukan dialog secara terus-menerus dengan lingkungan, dan saling berinteraksi untuk menggapai kualitas . Manusia  berupaya mendakwakan dirinya untuk beraktualisasi dalam  lingkungan sosialnya dengan menampilkan tahap demi tahap dari perkembangan kean yang mantap dan harmonis sebagai wujud manusia yang mempunyai totalitas.
            Pancasila sebagai falsafah bangsa Indonesia, yang mengikat  dalam karakter bangsa Indonesia  sehingga setiap  harus menjadi bangsa yang mandiri dan berkea sesuai dengan falsafah kita. Keberadaan manusia  dimuka bumi ini, ditakdirkan untuk mengisi  kehidupan alam ini, pengelolaan  dan pengaturannya harus dengan sebaik-baiknya tanpa merusaknya .
Menurut agama Islam khususnya, Allah membuat dua pilihan untuk manusia yaitu kemudahan menuju jalan yang baik dan kemudahan menuju kepada jalan yang tidak baik, Iman dan taqwalah inilah yang akan menjadi  mandiri dan mampu memilih jalan yang benar.


b. Masalah Pribadi dalam BK
selasa, 18 juni 2013. Pukul 17:48
Bertujuan membantu siswa agar mampu mengembangkankompetensinya, sbb :
1.      Memiliki komitmen untuk mengamalkan nilai-nilai keimanan danketaqwaan kepada Allah Swt. Baik dalam kehidupan,keluarga, pergaulan dengan teman sebaya,sekolah,tempat kerja, masyarakat.
2.      Memiliki pemahaman tentang irama kehidupan yang bersifatfluktuatif.
3.      Memiliki pemahaman dan penerimaan diri secara objektif dankonstruktif (kelebihan dan kelemahan diri).
4.      Memiliki sikap positif atau respek terhadap diri sendiri.
5.      Memiliki sikap optimis dlm menghadapi masa depan.
6.      Meiliki kemampuan untuk melakukan pilihan secara sehat, sesuai dengan nilai-nilai agama, etika, dan nilai-nilai budaya.
Meliputi Pengembangan :
• Komitmen hidup beragama
• Pemahaman sifat dan kemampuan diri
• Bakat dan minat
• Konsep diri
• Kemampuan mengatasi masalah-masalah
 (Stress, konflik , dan
frustrasi.
d.      Contoh Kasus Masalah Pribadi
            Fulan meupakan peserta didik yang mempunyai prestasi belajar di atas rata-rata, dan hampir semua mata pelajaran memperoleh nilai diatas rata-rata kelas. Dia juga disukai teman-teman dan gurunya karena sikapnya yang ramah, tidak sombong, dan baik hati. Dalam akhir-akhir ini Fulan berubah menjadi agak pendiam dan prestasi belajarnyapun mulai menurun.
1.      Identifikasi masalah :
Tingkahlakuseorangpesertadidik yang harusdipahamioleh guru.Jikalautingkahlakumuriditutidaksepertibiasanya di dalamkelas.Maka guru harus  mencaritahuapapermasalahan yang di hadapipesertadidik. Dengan kata lainjugadisebutdenganistilahidentifikasikasus. MenurutSyahrildanRiska, 1987 “identifikasikasusyaituusahamenemukan/menentukansiswa yang perlumendapatbimbingan.Cara yang dapatditempuhuntukmencapaitujuaniniadalahdenganjalananalisishasilbelajar, analisiskaryatulis, pengisian DPM, observasi, sosiometri, dansebagainya.(SyahrildanRiska, 1987:86).
            Artinyapadalangkahini, guru mengenaligejala-gejalaawalsuatumasalah yang dihadapisiswa.Untukmengetahuigejalaawaltidaklahmudah, karenaharusdilakukansecaratelitidanhati-hatidenganmemperhatikangejala-gejala yang nampak, itulah yang disebutidentifikasikasus, kemudiandianalisisdanselanjutnyadievaluasi.
Fulan meupakan peserta didik yang mempunyai prestasi belajar di atas rata-rata, dan hampir semua mata pelajaran memperoleh nilai diatas rata-rata kelas. Dia juga disukai teman-teman dan gurunya karena sikapnya yang ramah, tidak sombong, dan baik hati. Dalam akhir-akhir ini Fulan berubah menjadi agak pendiam dan prestasi belajarnyapun mulai menurun.
Dalam pengamatan yang sudah dilakukan oleh guru BK, dapat disimpulkan bahwa Fulan mengalami prestasi yang menurun dilihat dari gejala yang nampak yakni kurang memahami materi yang diberikan oleh guru dan dugaan tersebut dapat dijadikan sebagai   langkah awal untuk mendiagnosa klien yaitu Fulan
.
2. Diagnosis
Dalam langkah ini diagnosis yang dilakukan oleh guru BK menetapkan masalah yang dialami Fulan berdasarkan hasil analisis adalah bahwa Fulan merupakn korban dari kedua orang tuanya yang telah bercerai. Sehingga masalah tersebut menjadikan latar belakang  gejala-gejala yang timbul pada Fulan, juga berdasarkan pengumpulan data yang diperoleh dapat diketahui bahwa Fulan mengalami masalah  yang menyebabkan sosok Fulan berubah menjadi pendiam dan prestasi belajarnya menurun.
3. Prognosis
Dalam proses ini guru BK menetapkan langkah-langkah dan tindakan yang akan dilakukan kepada Fulan. Selanjutnya guru BK melakukan perencanaan mengenai jenis dan bentuk masalah apa yang sedang dihadapi oleh Fulan. Seperti rumusan kasus Fulan, maka disimpulkan Fulan mengalami masalah rendah diri karena orang tua telah bercerai sehingga Fulan merasa kurang mendapat perhatian dari kedua orang tuanya. Dari rumusan jenis dan bentuk masalah yang sedang dialami Fulan, maka guru BK membuat sebuah tindakan bantuan, yang berupa konseling individu. Dalam hal ini guru BK bekerja sama dengan orang tua Fulan untuk membantu mengatasi perasaan Fulan yang rendh diri dan merasa kurang mendapat perhatian. Yang diperlukan dalam menentukan langkah-langkah prognosis:
1.      Menentukan jenis pendekatan yang akan diberikan kepada Fulan sebagai bantuan (Konseling Individu/kelompok).
2.      siapa yang berhak memberi bantuan kepada Fulan, apakah guru BK, konselor, dokter , Psikiater atau individu lain yang lebih ahli dalam bidangnya.
3.      Dan kapan bantuan akan diberikan, atau hal-hal apa yang perlu dipertimbangkan dalam pelaksanaan pemberian bantuan.
Nantinya jika dalam pemberian bantuan didapati guru BK mengalami kesulitan yaitu tidak bisa diselesaikan karena terlalu sulit atau tidak bisa ditangani oleh Guru BK, maka penanganan kasus tersebut perlu dialihkan (Referal) penyelesainnya kepada orang yang lebih berwenang, seperti dokter, psikiater atau lembaga lainnya.
4. Pemberian Bantuan
Langkah awal dilakukan dengan memberikan bantuan secara individu mengajak Fulan untuk menceritakan masalah yang sekarang dialami. Dengan melewati proses yang tidak mudah untuk Fulan terbuka menceritakan masalahnya , guru BK dituntut untuk mempunyai empati yang tinggi dan penuh kesabaran untuk membantu Fulan menangani masalahnya sesuai latar belakang yang diperoleh. Dan menyakinkan kepada Fulan bahwa masalahnya tidak akan diceritakan pada orang lain serta akan dibantu menyelesaikannya. Terapi perilaku. Menggunakan Pendekatan ini untuk terapi berfokus pada belajar dan perilaku dalam upaya untuk mengubah pola perilaku yang tidak sehat. Beberapa terapis mencoba untuk membantu pasien belajar asosiasi baru dengan menggunakan sistem reward and punishment untuk membawa perubahan perilaku tertentu. Pendekatan lain mungkin melibatkan serangkaian terkontrol eksposur terhadap pemicu fobia untuk menurunkan rasa mudah terpengaruh seseorang ke sebuah ketakutan yang tidak masuk akal.

5. Evaluasi dan Tindak Lanjut
Penilaian kegiatan bimbingan di Sekolah/Madrasah adalah segala upaya, tindakan atau proses untuk menentukan derajat kualitas kemajuan kegiatan yang berkaitan dengan elaksanaan program bimbingan di Sekolah/Madrasah dengan mengacu pada kriteria atau patokan-patokan tertentu sesuai dengan program bimbingan yang dilaksanakan. Kriteria atau patokan yang dipakai untuk menilai keberhasilan pelaksanaan program pelayanan bimbingan dan konseling di Sekolah/Madrasah mengacu pada ketercapaian kompetensi, keterpenuhan kebutuhan-kebutuhan peserta didik dan pihak-pihak yang terlibat baik langsung maupun tidak langsung berperan membantu peserta didik memperoleh perubahan perilaku dan  ke arah yang lebih baik. Dalam keseluruhan kegiatan pelayanan bimbingan dan konseling, penilaian diperlukan untuk memperoleh umpan balik terhadap keefektivan pelayanan bimbingan yang telah dilaksanakan. Dengan informasi ini dapat diketahui sampai sejauh mana derajat keberhasilan kegiatan pelayanan bimbingan. Berdasarkan informasi ini dapat ditetapkan langkah-langkah tindak lanjut untuk memperbaiki dan mengembangkan program selanjutnya. Kaitannya masalah yang dihadapi Fulan yang diperoleh dari keseluruhan yakni: Pengumpulan data, observasi, wawancara dsb. Serta pemberian teknik dengan menggunakan pendekatan individual, home visit  dengan mendatangi kerumah Fulan dan mengadakan wawancara dengan orang tua Fulan dan mengamati Fulan dalam lingkungan sekolah baik pergaulannya dengan teman-temannya maupun pada saat jam pelajaran. Dalam evaluasi ini guru BK diharapkan bisa mengembangkan bantuan atau bisa menilai sejauh mana proses bantuan itu diterapkan.


C. MASALAH SOSIAL
a. Pengertian Masalah Sosial Secara Operasional
Menurut Soerjono Soekanto masalah sosial adalah suatu ketidaksesuaian antara unsur-unsur kebudayaan atau masyarakat, yang membahayakan kehidupan kelompok sosial. Jika terjadi bentrokan antara unsur-unsur yang ada dapat menimbulkan gangguan hubungan sosial seperti kegoyahan dalam kehidupan kelompok atau masyarakat.
Masalah sosial muncul akibat terjadinya perbedaan yang mencolok antara nilai dalam masyarakat dengan realita yang ada. Yang dapat menjadi sumber masalah sosial yaitu seperti proses sosial dan bencana alam. Adanya masalah sosial dalam masyarakat ditetapkan oleh lembaga yang memiliki kewenangan khusus seperti tokoh masyarakat, pemerintah, organisasi sosial, musyawarah masyarakat, dan lain sebagainya.
Masalah sosial dapat dikategorikan menjadi 4 (empat) jenis faktor, yakni antara lain :
1. Faktor Ekonomi : Kemiskinan, pengangguran, dll.
2. Faktor Budaya : Perceraian, kenakalan remaja, dll.
3. Faktor Biologis : Penyakit menular, keracunan makanan, dsb.
4. Faktor Psikologis : penyakit syaraf, aliran sesat, dsb.
Selasa, 18 juni 2013 pukul 17:26

b. Masalah Sosial dalam BK
bimbingan konseling BK  sosial
Proses bantuan untuk memfasilitasi siswaagar mampu mengembangkanpemahaman dan keterampilan berinteraksisosial, serta memecahkan masalah-masalahsosial yang dihadapinya .
Tujuan BK  sosial
Membantu siswa agar mampu mengembangkan kompetensinya dalam hal sebagai berikut.
·         Bersikap respek (menghargai dan menghormati)terhadap orang lain.
·         Memiliki rasa tanggung jawab dan komitmen terhadaptugas, peran hidup dalam bersosialisasi.
·         Memiliki kemampuan berinteraksi sosial (humanrelationship).
·         Memiliki kemampuan berkomunikasi baik secara verbalmaupun non verbal.
·         Memiliki kemampuan untuk menyesuaikan diri(adjusment)

Hakekat BK  sosial
·         Bimbingan bersifat umum dan konseling bersifat khusus.
·         Pengajaran berbasis bimbingan :Kebiasaan berdo’a sebelum belajar.
·         Sekarang ada persepsi bahwa bimbingan = konseling
·         Bimbingan lebih kearah pedagogik
·         Konseling lebih kearah teurapeutik.
Impikasi pada BK sosial :
·         Jika anak ditolak dalam sisi pribadi sosial , cenderung bermasalahdalam masalah akademik..

D.    Contoh Kasus Masalah Sosial
Rizqi merupakan siswa SMA kelas XI, dia suka menggoda teman wanita dikelanya. Dan hal tersebut membuat dia tidak disukai oleh teman-temannya terutama teman wanitanya. Sehingga rizqi tidak mempunyai teman, yang mengakibatkan dia sulit untuk mendapatkan teman serta berkomunikasi dengan teman sebayanya.
a. Identifikasi Masalah
     pada tahap ini guru BK melakukan pengumpulan data untuk mendapatkan informasi yang berkaitan dengan masalah yang dihadapi siswa. Berdasarkan data dan informasi yang dikumpulkan oleh guru BK diperoleh beberapa hal yang dapat dijadikan acuan guru BK untuk menganalisis masalah apa yang sebenarnya dialami siswa tersebut.
Identifikasi dalam pengamatan yang dilakukan oleh guru BK secara langsung kali ini dapat diperoleh hasil bahwa siswa yang bernama Risqi suka menggoda teman-teman perempuannya, dan Rizqi juga sulit beradaptasi dengan teman satu kelasnya.
a.      Diagnosis
Dari pengamatan langsung yang dilakukan oleh guru BK dapat ditarik kesimpulan bahwa siswa yang bernama Rizqi tidak disukai teman-teman perempuannya. Sedangkan penyebab internalnya adalah masalah pergaulannya yang suka menggoda teman-teman perempuannya, sedangkan dalam keluarganya Rizqi tergolong ankak yang manja, nakal dan kurang diperhatikan oleh kedua orag tuanya karena pekerjaan orang tuanya yang menuntut mereka harus bolak-balik keluar kota dan jarang mempunyai waktu untuk dirumah.
Dilingkungan sekolahnya sebagian besar teman-teman perempuannya suka membicarakan tingkah lakunya yang suka menggoda, kemungkinan Rizqi tidak naik kelas.

b.      Prognosis
Berdasarkan hasil identifikasi tersebut kemungkinan yang terjadi pada diri Rizqi jika masalahnya tidak cepat diselesikan dan diatasi Rizqi akan tetap tidak menerima keputusan yang ada dalam keluarganya, karena terbiasa bahwa masalah yang dihadapi diselesaikan sesuai dengan keinginannya. Apabila masalah yang dialami cepat diatasi kemungkinan Rizqi bisa menghadapi permasalahannya dengan profesional demi masa depan yang akan diraihnya.

Usaha pemberian bantuan adalah upaya yang dilakukan untuk membantu klien dalam memcahkan masalah menuju perkembangan yang optimal. Pemberian bantuan ini harus disesuaikan dengan faktor penyebab timbulnya masalah yang dihadapi oleh klien. Jenis bantuan yang direncanakan untuk klien adalah sebagai berikut:
1)      Konseling.
2)      kerjasama dengan wali kelas.
3)      konsultasi dengan guru BK.
4)      kerjasama dengan orang tua wali murid.
Mengingat waktu, situasi dan kondisi yang tidak memungkinkan, maka altenatif yang dilakukan dalam usaha pembelajaran bantuan tidak sesuai dengan yang direncanakan. Usaha pemberian bantuan yang dilaksanakan sebagai berikut:

Konseling (bimbingan )
Dalam teknik ini pemberian bantuan dilaksanakan dalam bentuk hubungan yang bersifat face to face yaitu antara klien dengan praktikan. Layanan ini yang bertujuan untuk membantu klien dalam memecahkan masalah, dengan bantuan yang diberikan praktikan terhadap siswa. Maka praktikan dapat mengharapkan terjadi perubahan yang terjadi pada diri siswa agar tidak menggulangi kembali masalah yang sudah terjadi.Dalam konseling praktikan memberikan masukan bahwa setiap manusia pasti Mempunyai masalah mamun berat dan ringannya permasalahan tesebut tergantung pada diri kita sendiri. untuk menyikapinya, maka jalan yang disarankan adalah mendekatkan diri kepada tuhan agar diberikan pikiran yang jernih dan lapang, agar masalah yang dihadapinya menemukan jalan keluardan mengganggap bahwa semua itu pasti ada hikmahnya. Selain itu sifat keterbukaan dan pikiran yang dewasa akan menyelesaikan segala persoalan.

Kejasama dengan guru kelas
Kejasama ini dilakukan untuk mencari jalan keluar dari masalah yang dihadapi oleh klien, karena wali kelas adalah orang yang paling mengerti tentang latar belakang siswa yang bersangkutan . dengan pendekatan dan interaksi secara kontinyu wali kelas dapat menyimpan segala rahasia tentang siswa yang mengalami masalah bahkan wali kelas dapat memberikan bantuan secara intentif dan dapatmemperhatikan dengan pendekatan personal. Hal ini dilakukan dengan mengambil jam diluar jam pelajaran sehingga tidak menimbulkan kecemburuan terhadap siswa.

kerjasama dengan guru BK.
Kerjasama dengan guru Bk ini berkenan dengan prilaku secara umum yang dialami oleh klien, dengan data yang didapat praktikan melakukan dengan mencari solusi untuk memecahkan masalah yang dialami oleh siswa bersangkutan, hal ini menjadi penting karena dengan hanya memakai data yang ada praktikan tidak cukup tepat dalam memberikan layanan bimbingan.

Kerjasama dengan orong tua ( wali ).
Kunjungan kerumah ( home visit ) dilakukan untuk mengetahui latar belakang ( background ) keluarga dan kondisi klien dilingkungan rumah. Komunikasi di lakukan dengan orang tua klien ( ibu ) agar klien diberikan perhatian khusus dalam kaitannya dengan proses belajar dirumah. Jika dianggap perlu sebaiknya didatangkan guru privat untuk memberikan bimbingan belajar bagi klien, Untuk mengkordinasikan klien menjalani proses belajar di rumah, maka secara bergantian seminggu 3x selama dua minggu kami memberikan bimbingan belajar dengan cara jemput bila ke rumah klien. Rupanya usaha ini membuahkan hasil, dimana orang tua semakin terbuka dan menyadari akan kebutuhan anak untuk di berikan perhatian khusus dalam belajar. Selama ini orang tua hanya memerintahkan anak untuk belajar, tetapi tidak pernah di bimbing dalam belajar. Setelah proses bimbingan berjalan selama 4x pertemuan ternyata klien menujukan perubahan yang cukup positif yaitu merasa nyaman untuk menjalani proses belajar secara mandiri, pada tahap ini mulai muncul motivasi dan

c.       Langkah evaluasi dan follow-up
Follow up adalah usaha yang di lakukan konselor untuk mengikuti perkembangan klien setelah klien mengambil suatu keputusan sendiri untuk bertindak. Selain itu dalam upaya tindak lanjut konselor juga mengevaluasi keberhasilan atau tidaknya upaya bantuan yang di berikan kepada klien tentang masalah juga sosial yang di hadapi. Karena klien sering memikirkan permasalahan tersebut maka akan mempengaruhi konsentrasinya dalam belajar, maka usaha yang di berikan pada klien antara lain:
Untuk mengatasi masalah sosialnya:·
Melatih klien untuk bisa mengurangi sifatnya yang hiper aktif yang suka mengganggu temanya. Sering mengajak ngobrol tentang apa yang ia kehendaki atau yang ia  cita – citakan.
Memotivasi klien untuk bergaul sewajarnya, terutama dengan anak putri.
Memberikan pengertian bahwa semua permasalahan itu paasti ada hikmahnya dan agar beruasha, bersabar dalam menjalani hidupnya dan jangan lupa selalu berdo’a kepada tuhan yanga maha kuasa.


BAB III
PENUTUP
a. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa Diagnosis merupakan upaya untuk menemukan faktor penyebab atau menyebabkan masalah peserta didik. Belajar Mengajar dalam konteks faktor-faktor yang menyebabkan kegagalan peserta didik untuk belajar, dapat dilihat dari segi input, proses, atau out put belajar. W.H. Burton dibagi menjadi dua faktor yang dapat menyebabkan kesulitan belajar atau kegagalan siswa, yaitu: (1) faktor internal, faktor besumber peserta didik dalam dirinya sendiri, seperti: kondisi fisik dan kesehatan, kecerdasan, bakat, kean, emosi, sikap dan lainnya psikologis kondisi, dan (2) faktor eksternal, seperti lingkungan rumah, lingkungan sekolah termasuk guru dan faktor lingkungan sosial dan sejenisnya.
Sedangkan Prognosis merupakan Langkah yang dilakukan untuk memperkirakan apakah masalah yang dialami peserta didik masih mungkin untuk diatasi serta menentukan berbagai alternatif solusi, ini dilakukan dengan mengintegrasikan dan menginterpretasikan hasil langkah kedua dan ketiga. Proses mengambil keputusan pada tahap ini harus dilaksanakan konferensi kasus pertama, melibatkan pihak-pihak yang terkait dengan masalah yang dihadapi siswa untuk diminta bekerja sama untuk membantu menangani kasus - kasus di tangan.





b. Saran
Dari hasil yang didapat selama proses layanan bimbingan, mulai dari pengenalan klien sampai pemberian bantuan akhirnya praktikan memberikan masukan yang diharapkan bisa dilakukan oleh pihak-pihak yang bertanggung jawab demi pengembangan keberhasilan klien, antara lain yaitu :
1.Kepada pihak sekolah agar dapat memberikan layanan bimbingan kepada siswa yang bermasalah dan bisa memberikan bantuan secara lebih terfokus pada inti permasalahan yang dihadapi siswa.
2.Kepada orang tua klien hendaknya lebih bisa memperhatikan anaknya dengan menciptakan sebuah lingkungan belajar yang lebih komunikatif bagi klien sehingga klien bisa lebih terbuka terhadap masalah-masalah yang dihadapinya.
3.Kepada guru bidang studi agar bisa berperan sesuai dengan peran dan fungsinya sebagai pendidik, sehingga tidak menimbulkan kesan guru tidak memiliki perhatian pada siswanya.







1 komentar: