MAKALAH
DIAGNOSA DAN PROGNOSA DALAM BK
Makalah ini di susun untuk memenuhi tugas
Mata Kuliah : APTL 1
Dosen Pengampu : Sri Adi Nurhayati, S.Psi.MM
Oleh Kelompok 6
Minggu Ke-6
Nama Anggota :
Muhamad Fadilah 1111500122
Risqiawan Hendratno 1111500215
Tri Widi Astuti 1111500157
Sri Handayani 1111500223
Yusni Harti 1111500168
Zaldi Muzani 1111500233
BIMBINGAN
DAN KONSELING
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PANCASAKTI TEGAL
2013
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
B.
RUMUSAN MASALAH
C.
TUJUAN MASALAH
BAB II PEMBAHASAN
A.
DIAGNOSA DAN PROGNOSA
a.
Pengertian Diagnosa secara operasional
b.
Pengertian Prognosa secara operasional
c.
Pengertian Diagnosa dan Prognosa dalam BK
B.
MASALAH PRIBADI
a.
Pengertian masalah Pribadi
b.
Masalah Pribadi dalam BK
c.
Contoh kasus
C.
MASALAH SOSIAL
a.
Pengertian masalah Sosial
b.
Masalah sosial dalam BK
c.
Contoh kasus
BAB III PENUTUP
a.
Kesimpulan
b.
Saran
D.
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Masalah
Dalam
perkembangan dan kehidupan setiap manusia sangat mungkin timbul berbagai
permasalahan. Baik yang dialami secara individual, kelompok, dalam keluarga,
lembaga tertentu atau bahkan bagian masyarakat secara lebih luas. Untuk itu
ditentukan adanya bimbingan sebagai suatu usaha pemberian bantuan yang
diberikan baik kepada individu maupun kelompok dalam rangka memecahkan masalah
yang dihadapi. Salah satu hal penting yang perlu diperhatikan alam memberikan
bimbingan adalah memahami individu (dalam hal ini peserta didik) secara
keseluruhan, baik masalah yang dihadapinya maupun latar belakangnya. Sehingga
peserta didik diharapakan dapat memperoleh bimbingan yang tepat dan terarah.(http://madoka-blogku.blogspot.com/2012/04/contoh-studi-kasus-bimbingan-konseling.html)
Kamis, 6 juni 2013 11:56
Pelaksanaan
bimbingan dan konseling di Sekolah Menengah Atas, bukan semata-mata terletak
pada ada atau tidak adanya aturan baku (perundang-undangan) atau ketentuan dari
atas, namun yang lebih penting adalah menyangkut penanganan kasus. Penanganan
kasus merupakan bentuk nyata dari pelakasanaan bimbingan konseling di Sekolah.
Selain itu, hal yang juga penting adalah upaya memfasilitasi siswa, agar mampu
mengembangkan potensi dirinya atau mencapai tugas-tugas perkembangannya. Tugas
perkembangan itu menyangkut aspek fisik, emosi, intelektual, sosial, dan
moral-spiritual.
Siswa
sebagai seorang individu yang sedang berada dalam proses berkembang atau
menjadi (on becoming), yaitu berkembang ke arah kematangan atau kemandirian
mereka selalu melakukan interaksi sosial. Untuk mencapai kematangan tersebut,
siswa memerlukan bimbingan karena mereka masih kurang memiliki pemahaman atau
wawasan tentang dirinya dan lingkungan sosialnya, juga pengalaman dalam
menentukan arah kehidupannya. Disamping itu terdapat suatu keniscayaan bahwa
proses perkembangan siswa tidak selalu berlangsung secara mulus, atau bebas
dari masalah. Dengan kata lain, proses perkembangan itu tidak selalu berjalan
dalam alur linier, lurus, atau searah dengan potensi, harapan dan nilai-nilai
yang dianut.
Perkembangan
siswa tidak lepas dari pengaruh lingkungan, baik fisik, psikis maupun sosial.
Sifat yang melekat pada lingkungan adalah perubahan. Perubahan yang terjadi
dalam lingkungan dapat mempengaruhi gaya hidup (life style) warga masyarakat.
Apabila perubahan yang terjadi itu sulit diprediksi, atau di luar jangkauan
kemampuan, maka akan melahirkan kesenjangan perkembangan perilaku siswa,
seperti terjadinya stagnasi (kemandegan) perkembangan, masalah-masalah , sosial
atau penyimpangan perilaku.
Pelayanan
bimbingan sangat diperlukan agar potensi yang dimiliki oleh peserta didik dapat
dikembangkan secara optimal. Program bimbingan diarahkan untuk dapat menjaga
terjadinya keseimbangan dan keserasian dalam perkembangan intelektual,
emosional dan sosial.
Selain
itu program bimbingan diharapkan dapat mencegah dan mengatasi potensi-potensi
negatif yang dapat terjadi dalam proses pembelajaran pada SKM/SSN. Potensi
negatif tersebut misalnya peserta didik akan mudah frustasi karena adanya
tekanan dan tuntutan untuk berprestasi, peserta didik menjadi terasing atau
agresif terhadap orang lain karena sedikit kesempatan untuk membentuk persahabatan
pada masanya, ataupun kegelisahan akibat harus menentukan keputusan karir lebih
dini dari biasanya.
Layanan
bimbingan diperlukan siswa untuk memenuhi kebutuhan individual anak baik secara
psikologis maupun untuk mengembangkan kecakapan sosial agar dapat berkembang
optimal. Hal ini senada dengan pendapat Leta Hollingworth yang dikutip Wahab
pada tahun 2004 yang mengindikasikan bahwa “gifted children do have
social/emotional needs meriting attention”. Ditegaskan bahwa betapa pentingnya
persoalan kebutuhan sosial/emosional anak berbakat memerlukan perhatian orang
dewasa di sekitarnya, karena boleh jadi kondisi demikian akan berpengaruh
kepada kinerja dan aktivitas anak dalam belajarnya.
Untuk
itu, guru pembimbing sangat berperan dalam perkembangan siswa terutama dalam
proses pergaulan, yang mana hubungan sosial sangat berpengaruh terhadap
motivasi belajarnya. Misalnya ada siswa yang tergolong pintar, tetapi tidak
mempunyai teman seumurannya akibat dari ketidakmampuan berinteraksi dengan
lingkungan sosialnya. (http://alpangeano.wordpress.com/2011/11/03/penanganan-kasus-terhadap-sisawa-yang-mengalami-masalah-sosial/) jam 17:11 tanggal 10 juni 2013
Bimbingan dan konseling -sosial
adalah upaya yang dilakukan untuk memberikan bantuan kepada individu untuk
mengembangkan dirinya melalui pemahaman dan pengembangan seluruh potensi diri
serta kompetensi-kompetensi -sosial yang dimiliki, sehingga individu memperoleh
keselarasan dalam menjalani hidup baik dalam dimensi (intrapersonal) maupun antar (interpersonal).
Pada hakekatnya kompetensi -sosial
banyak dirumuskan secara berbeda, intrapersonal dan interpersonal,
self-knowledge dan interpersonal skill, dan atau personal and social skills.
Ketiga rumusan tersebut pada hakekatnya memiliki maksud dan pengertian yang
relatif sama, yaitu menggambarkan antara kompetensi -sosial yang terkait dengan
orang lain atau lingkungannya yang didasari dengan adanya komitmen
transcendetal, yaitu dengan pencipta-nya. Kedua relasi intra dan inter -sosial
merupakan suatu kesatuan yang secara fungsional sulit dipisahkan, sehingga
kedua kecakapan dipandang lebih fungsional dan bermakna, manakala disatukan.
(http://saputridarniyati.blogspot.com/2012/12/bimbingan-konseling--sosial.html) Kamis, 13 juni 2013 19:38
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan diagnosa
dalam BK?
2. Apa yang dimaksud dengan diagnosa
secara operasional?
3. Apa yang dimaksud dengan prognosa
dalam BK?
4. Apa yang dimaksud dengan prognosa
secara operasional?
5. Apa yang dimaksud dengan
masalah dan sosial dalam BK?
C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud
dengan diagnosa dalam BK.
2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud
dengan diagnosa dipandang secara operasional.
3. Untuk mengetahui apa yang dimaksud
dengan prognosa dalam BK.
4. Untuk mengetahui apa yang dimaksud
dengan prognosa dipandang secara operasional.
5. Untuk mengetahui masalah dan sosial dalam BK.
BAB II
PEMBAHASAN
A. DIAGNOSA DAN PROGNOSA
a.
Pengetian diagnosa secara
operasional
(http://www.kalbemed.com/Portals/6/23_199OpiniManajemen%20Diagnosis%20bagi%20Dokter%20Keluarga.pdf)Selasa, 18 juni 2013 pukul 16:52 secara umum dapat
disimpulkan bahwa pengertian diagnosis adalah proses kognitif yang berkaitan
dengan pendefinisian masalah kesehatan yang dihadapi oleh pasien beserta
hal-hal penting yang menyertainya.1,7–9 Heneghan et al, membagi langkah-langkah
mendapatkan diagnosismeliputi inisiasi diagnosis, refi nement, danperumusan
diagnosis akhir.1 Strategi dalaminisiasi diagnosis meliputi spot
diagnosis(seperti kasus kulit sekali lihat), self labeling(“label” penyakit
pasien), presenting complaint(seperti yang biasa dijumpai dalam text book yakni
berdasar keluhan utama), Patternrecognition trigger (berdasar pengenalan pola
seperti mudah haus adalah bagian dari gejaladiabetes). Strategi dalam refi
nement, meliputi restricted rule outs atau Murtagh process(menyingkirkan
kemungkinan diagnosis paling serius), stepwise refi nement (lebihmeningkatkan
presisi secara anatomis atau
proses patologis yang mendasari),
probabilistic reasoning (menambah pemeriksaan tertentuuntuk memperbesar kemungkinan
menerimaatau menolak suatu diagnosis), patternrecognition fit (mencocokkan pola
data gejala,pemeriksaan fi sik dan penunjang saat inidengan pola sebelumnya),
clinical predictionrule (mencocokkan pola gejala dan tandapenyakit dengan
aturan-aturan valid sepertikonsensus Perkeni dan perhimpunan ahlilainnya atau
dari evidence yang ada [contohtabel 2]). Pada tahap terakhir pembuatandiagnosis
atau perumusan diagnosis akhir,strategi yang diterapkan meliputi:
knowndiagnosis (kurang dari 50% perumusandiagnosis akhir diperoleh dengan cara
ini;yakni sudah memiliki taraf yang cukup untuk membuat kepastian diagnosis dan
memulaiprogram terapi selanjutnya), ordering furthe tests (meningkatkan
kepastian denganmelakukan pemeriksaan tambahan untuk
menerima atau menolak kemungkinan diagnosis),
test of treatment (memberikan
terapi serta melihat respons apakah
diagnosis diterima atau ditolak), test of time (melakukan“wait and see”
sehingga gejala dan tandamenjadi jelas) dan no label applied (tidak
dapatdikenali dari pola diagnosis yang ada, pasiendidatangkan kembali di lain
waktu).
b.
Pengertian prognosa secara
operasional
Selasa, 18 Juni 2013 pukul 17:08
Definisi Prognosis adalah prediksi
dari kemungkinan perawatan, durasi dan hasil akhir suatu penyakit berdasarkan
pengetahuan umum dari patogenesis dan kehadiran faktor risiko penyakit.
Prognosis muncul setelah diagnosis dibuat dan sebelum rencana perawatan
dilakukan.
Faktor-faktor
prognosis adalah karakteristik yang memprediksi hasil akhir suatu penyakit
begitu penyakit itu muncul sedangkan faktor-faktor risiko adalah karakteristik
individu yang membuatnya berisiko tinggi menderita suatu penyakit. Prognosis
sering rancu dengan risiko. Pada beberapa kasus, faktor prognosis dan faktor
risiko sama. Misalnya pasien dengan diabetes atau perokok berisiko lebih tinggi
menderita penyakit periodontal, dan setelah mereka terinfeksi maka secara umum
mereka memiliki prognosis yang lebih buruk.
Faktor-faktor
yang harus diperhatikan saat menentukan prognosis
A. Faktor klinis keseluruhan
1.Umur pasien
prognosis dua pasien dengan sisa
tingkat perlekatan jaringan ikat dan tulang alveolar yang sama lebih baik pada
pasien yang lebih tua.Pasien yang lebih muda memiliki jangka waktu kemunculan
destruksi periodontal yanglebih pendek sehingga proses perbaikan periodontal
yang mungkin muncul secaraalami akan terlampaui. Selain itu pada beberapa
kasus, pasien muda menderitaagressive periodontitis, memiliki penyakit sistemik
atau merokok.
2.Tingkat keparahan penyakit periodontal sebelumnya
Hal yang harusdiperhatikan :
kedalaman poket, tingkat perlekatan, tingkat kehilangan tulang, dan tipedefek
tulang.
3.Kontrol plak
Plak merupakan faktor etiologi utama
dari penyakit periodontal.
c.
Pengertian diagnosa dan prognosa
dalam BK
(http://hibbatulafwah.blogspot.com/2012/01/general-rocedure-guidance-and.html)
Kamis, 20 juni 2013, pukul 17:15
Sebagai layanan profesional, layanan bimbingan
dan konseling tidak bisa dilakukan secara sembarangan, tetapi harus dilakukan
secara tertib sesuai dengan prosedur tertentu, yang umumnya terdiri dari enam
tahap, yaitu: (A) Identifikasi kasus, (B) Identifikasi masalah, (C) Diagnosis,
(D) Prognosis; (E) Pengobatan, (F) Evaluasi dan Tindak Lanjut
A. Identifikasi kasus
Identifikasi
kasus merupakan langkah awal untuk menemukan peserta didik yang diduga
memerlukan layanan bimbingan dan konseling. Robinson (Abin Syamsuddin Makmun,
2003) memberikan beberapa pendekatan yang dapat dilakukan untuk mendeteksi
peserta didik yang diduga memerlukan layanan bimbingan dan konseling, yaitu:
1. Call them
pendekatan, melakukan wawancara dengan memanggil semua siswa untuk bergiliran
sehingga dengan cara ini akan menemukan bahwa siswa benar-benar membutuhkan
layanan konseling.
2. Menjaga
hubungan baik, menciptakan hubungan yang baik, penuh keakraban sehingga tidak
ada kesenjangan antara guru pembimbing siswa. Hal ini dapat dilakukan melalui
berbagai cara yang tidak hanya terbatas pada hubungan kegiatan belajar
mengajar, misalnya melalui kegiatan ekstra kurikuler, rekreasi dan situasi
informal lainnya.
3. Mengembangkan keinginan untuk konseling, menciptakan suasana yang menyebabkan kesadaran peserta didik akan menjadi masalah. Misalnya, dengan mendiskusikan dengan siswa yang bersangkutan tentang hasil tes, seperti tes kecerdasan, tes bakat, dan hasil pengukuran lainnya untuk dianalisis bersama-sama dan melakukan berbagai tindak lanjutnya.
4. Melakukan analisis terhadap hasil belajar siswa, dengan cara ini bisa menjadi tingkat dikenal dan jenis kesulitan atau kegagalan yang dihadapi oleh peserta didik belajar.
5. Sosiometris analisis, dengan cara ini dapat ditemukan peserta didik yang diduga mengalami kesulitan penyesuaian sosial.
3. Mengembangkan keinginan untuk konseling, menciptakan suasana yang menyebabkan kesadaran peserta didik akan menjadi masalah. Misalnya, dengan mendiskusikan dengan siswa yang bersangkutan tentang hasil tes, seperti tes kecerdasan, tes bakat, dan hasil pengukuran lainnya untuk dianalisis bersama-sama dan melakukan berbagai tindak lanjutnya.
4. Melakukan analisis terhadap hasil belajar siswa, dengan cara ini bisa menjadi tingkat dikenal dan jenis kesulitan atau kegagalan yang dihadapi oleh peserta didik belajar.
5. Sosiometris analisis, dengan cara ini dapat ditemukan peserta didik yang diduga mengalami kesulitan penyesuaian sosial.
B. Identifikasi Masalah
Langkah ini
merupakan upaya untuk memahami jenis, karakteristik kesulitan atau masalah yang
dihadapi oleh peserta didik. Dalam konteks Proses Belajar Mengajar, peserta
didik dapat mengeluarkan terkait dengan aspek: (1) secara substansial - materi,
(2) struktural -fungsional, (3) perilaku.Untuk mengidentifikasi kasus dan
masalah peserta didik, Prayitno dkk. telah mengembangkan suatu instrumen untuk
melacak masalah siswa, dengan apa yang disebut Alat Mengungkapkan Masalah
(AUM). Instrumen ini sangat membantu untuk menemukan kasus dan mendeteksi
lokasi kesulitan yang dihadapi oleh siswa, tentang aspek-aspek: (1) jasmani dan
kesehatan, (2) diri , (3) hubungan sosial, (4) ekonomi dan keuangan, (5 ) karir
dan pekerjaan, (6) pendidikan dan pembelajaran, (7) agama, nilai dan moral;
(hubungan pemuda; (9) keadaan dan hubungan keluarga, dan (10) waktu senggang.
C. Diagnosis
C. Diagnosis
Diagnosis
merupakan upaya untuk menemukan faktor penyebab atau menyebabkan masalah
peserta didik. Belajar Mengajar dalam konteks faktor-faktor yang menyebabkan
kegagalan peserta didik untuk belajar, dapat dilihat dari segi input, proses,
atau out put belajar. W.H. Burton dibagi menjadi dua faktor yang dapat
menyebabkan kesulitan belajar atau kegagalan siswa, yaitu: (1) faktor internal,
faktor besumber peserta didik dalam dirinya sendiri, seperti: kondisi fisik dan
kesehatan, kecerdasan, bakat, kean, emosi, sikap dan lainnya psikologis
kondisi, dan (2) faktor eksternal, seperti lingkungan rumah, lingkungan sekolah
termasuk guru dan faktor lingkungan sosial dan sejenisnya.
D. Prognosis
Langkah ini
dilakukan untuk memperkirakan apakah masalah yang dialami peserta didik masih
mungkin untuk diatasi serta menentukan berbagai alternatif solusi, ini
dilakukan dengan mengintegrasikan dan menginterpretasikan hasil langkah kedua
dan ketiga. Proses mengambil keputusan pada tahap ini harus dilaksanakan
konferensi kasus pertama, melibatkan pihak-pihak yang terkait dengan masalah
yang dihadapi siswa untuk diminta bekerja sama untuk membantu menangani kasus -
kasus di tangan.
E. Pengobatan
Langkah ini
merupakan upaya untuk melaksanakan perbaikan atau penyembuhan masalah yang
dihadapi klien, berdasarkan keputusan yang diambil dalam langkah prognosis.
Jika jenis dan sifat serta sumber masalahnya masih berkaitan dengan sistem
pembelajaran dan masih tetap dalam kemampuan dan kemampuan guru pembimbing atau
konselor, bantuan konseling dapat dilakukan oleh guru atau guru pembimbing itu
sendiri (intervensi langsung ), melalui berbagai layanan pendekatan yang
tersedia, apakah itu direktif, non-direktif atau eklektik yang menggabungkan
kedua pendekatan tersebut.
Namun, jika
masalah tersebut terkait dengan aspek kean yang lebih dalam dan lebih luas maka
tugas utama seorang guru atau guru pembimbing / konselor terbatas hanya membuat
rekomendasi kepada ahli yang lebih kompeten (referal atau menyerahkan kasus
ini).
F. Evaluasi dan Follow Up
F. Evaluasi dan Follow Up
Cara apapun yang
akan diambil, evaluasi upaya pemecahan masalah masih harus dilakukan untuk
melihat bagaimana pengaruh tindakan bantuan (treatment) yang telah diberikan
untuk memecahkan masalah yang dihadapi oleh peserta didik.Berkenaan dengan
evaluasi bimbingan dan konseling, Depdiknas (2003) telah memberikan kriteria
keberhasilan layanan bimbingan dan konseling adalah:
1. Pengembangan wawasan baru yang diperoleh peserta didik yang berkaitan dengan masalah
2. Perasaan
positif sebagai hasil dari proses dan materi yang disampaikan melalui layanan,
da
3. Merencanakan kegiatan yang akan dilakukan oleh peserta didik setelah pelaksanaan layanan dalam rangka mewujudkan upaya lebih lanjut untuk mengatasi masalah yang dialami.
Sementara itu, Robinson dalam Abin Syamsuddin Makmun (2004) mengemukakan beberapa kriteria dari keberhasilan dan efektivitas layanan yang diberikan, yang terbagi ke dalam kriteria kriteria keberhasilan yang tampak segera dan kriteria jangka panjang.
Kriteria keberhasilan segera muncul, termasuk apabila:
3. Merencanakan kegiatan yang akan dilakukan oleh peserta didik setelah pelaksanaan layanan dalam rangka mewujudkan upaya lebih lanjut untuk mengatasi masalah yang dialami.
Sementara itu, Robinson dalam Abin Syamsuddin Makmun (2004) mengemukakan beberapa kriteria dari keberhasilan dan efektivitas layanan yang diberikan, yang terbagi ke dalam kriteria kriteria keberhasilan yang tampak segera dan kriteria jangka panjang.
Kriteria keberhasilan segera muncul, termasuk apabila:
1. Peserta didik
(klien) telah menyadari (menyadari) untuk setiap masalah yang dihadapi. \
2. Peserta didik (klien) harus memahami (self insight) permasalahan yang dihadapi.
3. Peserta didik (klien) telah mulai menunjukkan kesediaan untuk menerima diri mereka sendiri dan masalah secara obyektif (self acceptance).
2. Peserta didik (klien) harus memahami (self insight) permasalahan yang dihadapi.
3. Peserta didik (klien) telah mulai menunjukkan kesediaan untuk menerima diri mereka sendiri dan masalah secara obyektif (self acceptance).
4. Peserta didik
(klien) telah menurun ketegangan emosi (stres emosi rilis).
5. Peserta didik
(klien) telah menurun perlawanan terhadap lingkungan
6. Peserta didik
(klien) telah menunjukkan sikap keterbukaan Melai dan bersedia untuk memahami
dan menerima kenyataan dalam lingkungan obyektif.
7. Peserta didik
(klien) mulai menunjukkan kemampuannya untuk mempertimbangkan, membuat pilihan
dan mengambil keputusan yang sehat dan rasional.
8. Peserta didik
(klien) telah menunjukkan kemampuan untuk melakukan upaya perbaikan dan
adaptasi terhadap lingkungannya, sesuai dengan dasar pertimbangan dan keputusan
yang telah diambil.
9. Sedangkan
kriteria keberhasilan jangka panjang, termasuk apabila:
10. Peserta
didik (klien) telah menunjukkan kepuasan dan kebahagiaan dalam hidupnya
dihasilkan oleh tindakan dan upaya.
11. Peserta
didik (klien) telah mampu menghindari kemungkinan faktor pencegahan yang dapat
membawanya ke dalam kesulitan.
12. Peserta
didik (klien) telah menunjukkan sifat-sifat yang kreatif dan konstruktif,
produktif dan kontributif akan akomodatif sehingga ia diterima dan mampu menjadi
anggota kelompok yang efektif. Dibawah ini merupakan keterangan Diagnosa dan
Prognosa secara lebih spesifik dalam BK.
(http://sepucuktinta.blogspot.com/2012/10/langkah-langkah-bimbingan-dan-konseling.html)Selasa, 18 Juni 2013 pukul 17:27
Diagnosis
Setelahmengadakanidentifikasikasusataudenganarti
kata memperkirakanapa yang terjadipadapesertadidik, makadiadakananalisismasalah
yang dihadapipesertadidikataudengan kata lain menetapkan “masalah” yang
berdasarkananalisislatarbelakang yang menjadipenyebabtimbulnyamasalah,
ataudisebutdengan“diagnosis.”
Di
dalamsituswikipedia, “diagnosis
adalahidentifikasimengenaisesuatu.Diagnosis digunakandalammedis,
ilmupengetahuan, teknik, bisnis, dll.”(wikipedia.com).SedangkanmenurutDewaKetutdanDesak
Made, Diagnosis adalahlangkahmenemukanmasalahnyaataumengindentifikasimasalah.
(DewaKetutSukardidanDesak Made Sumiati,: 31). SelanjutnyaDewaKetutdanDesakMademenjelaskan
“langkahinimencakup proses interpretasi data
dalamkaitannyadengangejala-gejalamasalah, kekuatandankelemahansiswa. Dalam
proses penafsiran data dalamhubungannyadenganpenyebabmasalah,
peyuluhanharuslahmenentukanpenyebabmasalah yang paling mendekatikebenaranataumenghubungkansebabakibat
yang paling logisdanrasional.” (DewaKetutSukardidanDesak Made Sumiati,:31).
DijelaskanolehSyahrildanRiskaLangkah diagnosis ataulangkah yang keduaini
(dalambukunya) adalah “untukmengetahuijenisdansifatkesulitansertalatarbelakangmasalah
yang
dihadapiseseorang.Berdasarkanlangkahkeduainilahkitadapatmenetapkanapakira-kiramasalahseseorangsertaapapenyebabdarimasalahtersebut.”(SyahrildanRiska
Ahmad, 1987:86).SelanjutSyahrildanRiskamenjelaskan “Cara yang dapatditempuhuntukmencapaitujuaniniadalahdenganjalananalisishasilbelajar,
analisiskaryatulis, sosiometri, DPM, PSKB, angket, wawancara, observasi,
pertemuankasus, dansebagainya.
Artinyadalamlangkahinidilakukankegiatanpengumpulan data mengenaiberbagaihal yang
menjadilatarbelakangatau yang melatarbelakangigejala yang
muncul.Dalamsitusmassofa.wordpress, 2008 masihmenceritakankasus Benin
tadi.“Padakasus Benin, dilakukanpengumpulaninformasidariberbagaipihak.Yaitudari
orang tua, temandekat, guru danjuga Benin sendiri.Dari informasi yang
terkumpul,
kemudiandilakukananalisismaupunsistesisdandilanjutkandenganmenelaahketerkaitaninformasilatarbelakangdengangejala
yang nampak.Dari informasi yang didapat, Benin
terlihatmenjadipendiamdanprestasibelajarnyamenurun.Dari informasikeluarga di
dapatketeranganbahwakedua orang tua Benin
telahbercerai.Berdasarkananalisisdansistesis,
kemudiandiperkirakanjenisdanbentukmasalah yang adapadadiri Benin yaitukarena
orang tuanyatelahberceraimenyebabkan Benin menjadipendiamdanprestasibelajarnyamenurun,
maka Benin sedangmengalamimasalah .”(wordpress.com, 2008).
Setelahmelakukansemua
yang berdasarkan di atas, makaseorangkonselormelakukan Prognosis,
Pemecahanmasalah, penilaian (evaluasi), dantindaklanjut (follow-up).
Prognosis
MenurutSayhrildanRiska.“Prognosis
merupakanusahauntukmenelaah/mengkajimasalah yang dialamiseseorang,
termasukkemungkinan-kemungkinan yang akantimbuljikamasalahitudibantu,
sertamemperkirakanteknikataujenisbantuan yang akandiberikankepada orang yang
mengalamimasalahtersebut.”(SyahrildanRiska Ahmad, 1987:86).Ataudengan
kata lainmenurutDewaketutdanDesak Made Prognosis adalah
“suatulangkahmengenaialternatifbantuan yang
dapatataumungkindiberikankepadasiswasesuaidenganmasalah yang
dihadapisebagaimana yang ditemukandalamlangkah diagnosis.
(DewaKetutSukardidanDesak Made Sumiati,:32)
B. MASALAH
PRIBADI
a.
Pengertian Masalah pribadi secara operasional
Kamis 20 juni 2013, pukul 16:36
Berbicara mengenai manusia bukanlah
sesuatu yang mudah dan sederhana untuk dibicarakan, karna manusia banyak
memiliki keunikannya maka keunikan tersebut dinyatakan sebagai kodrat
manusia, ataupun sebaliknya, begitu banyak permasalahan yang ditimbulkannya
maka permasalahan merupakan masalah sekaligus manusia mampu menyelesaikan
berbagai permasalahan yang timbul dalam berbagai kehidupan. Manusia sulit
difahami dan dimengerti secara menyeluruh tetapi juga manusia mempunyai banyak
kekuatan-kekuatan spiritual yang mendorong seseorang mampu bekerja dan
mengembangkan nya secara mandiri.
Arti menurut lughah adalah mandiri,
sendiri. Dan arti menurut istilah ialah
manusia mandiri dalam menentukan kehendaknya, menentukan sendiri setiap
perbuatannya dalam pencapaian kehendaknya.
Allah Yang Maha Kuasa telah
memberikan akal budi, manusia tahu apa yang harus dilakukannya, mengapa harus
melakukannya, karena manusia adalah mahluk hidup, yang mampu memberdayakan akal
budinya, maka manusia mempunyai berbagai kemampuan, mampu berfikir, berkreasi,
berinovasi ,memberdayakan kekuatannya sehingga manusia tidak pernah berhenti
untuk berkembang dalam mengembangkan dirinya sebagai suatu upaya dalam
pemenuhan kebutuhan hidupnya dalam mengaktualisasikan sebagai indifidu.
Berkaitan dengan hal tersebut
Abraham Maslow dalam salah satu teorinya menyatakan “Manusia banyak mempunyai
kebutuhan,dan kebutuhan itu menyangkut kebutuhan akan kekuatan,lahir bathin,
kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan menjadi anggota kelompok, kebutuhan ego,
serta kebutuhan untuk mengembangkan dan mengaktualisasikan dirinya”
Maka, manusia dalam mengaktualisasikan dirinya secara nandiri, dibutuhkan suatu
proses pembelajaran beserta latihan yang terus-menerus dalam meraih
perestasinya yang mengarah kepada sesuatu yang menjadi visi dan misi
hidupnya masing-masing. Tetapi sering kali manusia dalam mengembangkan
dirinya sering kali dihanyutkan dan dihempaskan oleh berbagai realita nyata
yang ada disekitarnya apakah itu berupa cobaan, kegagalan ,hambatan rintangan,
persaingan dsb. Artinya manusia akan menemukan berbagai kendala dalam menuai
jati dirinya dan tidak selalu mulus, dan kendala-kendala ini harus kita hadapi
dengan mencari berbagai terobosan, mengetahui akar permasalahannya, dan dicari
jalan penyelesaiannya , sehingga akan menjawab semua tantangan dan rintangan
yang dihadapi manusia sebagai nyata upaya pembelajaran diri, manusia tanpa mengalami
proses pembelajaran diri , manusia akan sulit menjadi manusia mandiri.
Kecenderungan manusia dalam merubah sebagai
mandiri, sering kali pada kenyataannya menjadi lain, hal itupun
sebagai suatu proses pembentukan keannya.
Pada dasarnya pembentukan kean adalah suatu proses pembelajaran dalam
diri yang selalu melekat dan tak akan pernah berakhir kecuali berakhirnya
dengan kematian.
Proses pembentukan diri melibatkan
manusia secara keseluruhan dalam masa sejarah kehidupan yang merupakan kegiatan masa lampai maupun
kegiatan dimasa mendatang. Kemudian terbentuknya individu dan kegiatan
individu tidak ditentukan oleh pengalamannya saja tetapi ada proses interaksi
antasa individu dengan lingkungan disekitarnya, dalam hal ini individu sebagai
subjek dalam nengelola pengalamannya, bahkan memiliki berbagai pengalamannya.
Dan manusia dengan pengalamannya mampu berinteraksi sebagai mahkuk
social, manusia terpanggil untuk mengembangkan dirinya, bertafakur dengan
dirinya, melakukan dialog secara terus-menerus dengan lingkungan, dan saling
berinteraksi untuk menggapai kualitas . Manusia berupaya mendakwakan
dirinya untuk beraktualisasi dalam lingkungan sosialnya dengan
menampilkan tahap demi tahap dari perkembangan kean yang mantap dan harmonis
sebagai wujud manusia yang mempunyai totalitas.
Pancasila sebagai falsafah bangsa Indonesia, yang mengikat dalam karakter
bangsa Indonesia sehingga setiap
harus menjadi bangsa yang mandiri dan berkea sesuai dengan falsafah
kita. Keberadaan manusia dimuka bumi ini, ditakdirkan untuk mengisi
kehidupan alam ini, pengelolaan dan pengaturannya harus dengan
sebaik-baiknya tanpa merusaknya .
Menurut agama Islam khususnya, Allah
membuat dua pilihan untuk manusia yaitu kemudahan menuju jalan yang baik dan
kemudahan menuju kepada jalan yang tidak baik, Iman dan taqwalah inilah yang
akan menjadi mandiri dan mampu memilih
jalan yang benar.
b. Masalah
Pribadi dalam BK
selasa, 18 juni 2013. Pukul 17:48
Bertujuan membantu siswa agar mampu
mengembangkankompetensinya, sbb :
1. Memiliki komitmen untuk mengamalkan
nilai-nilai keimanan danketaqwaan kepada Allah Swt. Baik dalam
kehidupan,keluarga, pergaulan dengan teman sebaya,sekolah,tempat kerja,
masyarakat.
2. Memiliki pemahaman tentang irama
kehidupan yang bersifatfluktuatif.
3. Memiliki pemahaman dan penerimaan
diri secara objektif dankonstruktif (kelebihan dan kelemahan diri).
4. Memiliki sikap positif atau respek
terhadap diri sendiri.
5. Memiliki sikap optimis dlm
menghadapi masa depan.
6. Meiliki kemampuan untuk melakukan
pilihan secara sehat, sesuai dengan nilai-nilai agama, etika, dan nilai-nilai
budaya.
Meliputi Pengembangan :
• Komitmen hidup beragama
• Pemahaman sifat dan kemampuan diri
• Bakat dan minat
• Konsep diri
• Kemampuan mengatasi
masalah-masalah
(Stress, konflik , dan
frustrasi.
d.
Contoh Kasus Masalah Pribadi
Fulan
meupakan peserta didik yang mempunyai prestasi belajar di atas rata-rata, dan
hampir semua mata pelajaran memperoleh nilai diatas rata-rata kelas. Dia juga
disukai teman-teman dan gurunya karena sikapnya yang ramah, tidak sombong, dan
baik hati. Dalam akhir-akhir ini Fulan berubah menjadi agak pendiam dan
prestasi belajarnyapun mulai menurun.
1. Identifikasi masalah
:
Tingkahlakuseorangpesertadidik
yang harusdipahamioleh guru.Jikalautingkahlakumuriditutidaksepertibiasanya di
dalamkelas.Maka guru harus mencaritahuapapermasalahan yang di
hadapipesertadidik. Dengan kata lainjugadisebutdenganistilahidentifikasikasus.
MenurutSyahrildanRiska, 1987
“identifikasikasusyaituusahamenemukan/menentukansiswa yang perlumendapatbimbingan.Cara
yang dapatditempuhuntukmencapaitujuaniniadalahdenganjalananalisishasilbelajar,
analisiskaryatulis, pengisian DPM, observasi, sosiometri,
dansebagainya.(SyahrildanRiska, 1987:86).
Artinyapadalangkahini, guru mengenaligejala-gejalaawalsuatumasalah yang
dihadapisiswa.Untukmengetahuigejalaawaltidaklahmudah,
karenaharusdilakukansecaratelitidanhati-hatidenganmemperhatikangejala-gejala
yang nampak, itulah yang disebutidentifikasikasus, kemudiandianalisisdanselanjutnyadievaluasi.
Fulan meupakan peserta didik yang
mempunyai prestasi belajar di atas rata-rata, dan hampir semua mata pelajaran
memperoleh nilai diatas rata-rata kelas. Dia juga disukai teman-teman dan
gurunya karena sikapnya yang ramah, tidak sombong, dan baik hati. Dalam
akhir-akhir ini Fulan berubah menjadi agak pendiam dan prestasi belajarnyapun
mulai menurun.
Dalam pengamatan yang sudah dilakukan
oleh guru BK, dapat disimpulkan bahwa Fulan mengalami prestasi yang menurun
dilihat dari gejala yang nampak yakni kurang memahami materi yang diberikan
oleh guru dan dugaan tersebut dapat dijadikan sebagai langkah awal untuk mendiagnosa klien yaitu
Fulan
.
2.
Diagnosis
Dalam langkah ini diagnosis yang
dilakukan oleh guru BK menetapkan masalah yang dialami Fulan berdasarkan hasil
analisis adalah bahwa Fulan merupakn korban dari kedua orang tuanya yang telah
bercerai. Sehingga masalah tersebut menjadikan latar belakang gejala-gejala yang timbul pada Fulan, juga
berdasarkan pengumpulan data yang diperoleh dapat diketahui bahwa Fulan
mengalami masalah yang menyebabkan sosok
Fulan berubah menjadi pendiam dan prestasi belajarnya menurun.
3.
Prognosis
Dalam proses ini guru BK menetapkan
langkah-langkah dan tindakan yang akan dilakukan kepada Fulan. Selanjutnya guru
BK melakukan perencanaan mengenai jenis dan bentuk masalah apa yang sedang
dihadapi oleh Fulan. Seperti rumusan kasus Fulan, maka disimpulkan Fulan
mengalami masalah rendah diri karena orang tua telah bercerai sehingga Fulan
merasa kurang mendapat perhatian dari kedua orang tuanya. Dari rumusan jenis
dan bentuk masalah yang sedang dialami Fulan, maka guru BK membuat sebuah
tindakan bantuan, yang berupa konseling individu. Dalam hal ini guru BK bekerja
sama dengan orang tua Fulan untuk membantu mengatasi perasaan Fulan yang rendh
diri dan merasa kurang mendapat perhatian. Yang diperlukan dalam menentukan
langkah-langkah prognosis:
1. Menentukan
jenis pendekatan yang akan diberikan kepada Fulan sebagai bantuan (Konseling
Individu/kelompok).
2. siapa
yang berhak memberi bantuan kepada Fulan, apakah guru BK, konselor, dokter ,
Psikiater atau individu lain yang lebih ahli dalam bidangnya.
3. Dan
kapan bantuan akan diberikan, atau hal-hal apa yang perlu dipertimbangkan dalam
pelaksanaan pemberian bantuan.
Nantinya jika dalam pemberian bantuan
didapati guru BK mengalami kesulitan yaitu tidak bisa diselesaikan karena
terlalu sulit atau tidak bisa ditangani oleh Guru BK, maka penanganan kasus
tersebut perlu dialihkan (Referal) penyelesainnya kepada orang yang lebih
berwenang, seperti dokter, psikiater atau lembaga lainnya.
4.
Pemberian Bantuan
Langkah awal dilakukan
dengan memberikan bantuan secara individu mengajak Fulan untuk menceritakan
masalah yang sekarang dialami. Dengan melewati proses yang tidak mudah untuk
Fulan terbuka menceritakan masalahnya , guru BK dituntut untuk mempunyai empati
yang tinggi dan penuh kesabaran untuk membantu Fulan menangani masalahnya
sesuai latar belakang yang diperoleh. Dan menyakinkan kepada Fulan bahwa
masalahnya tidak akan diceritakan pada orang lain serta akan dibantu
menyelesaikannya. Terapi perilaku. Menggunakan Pendekatan
ini untuk terapi berfokus pada belajar dan perilaku dalam upaya untuk mengubah
pola perilaku yang tidak sehat. Beberapa terapis mencoba untuk membantu pasien
belajar asosiasi baru dengan menggunakan sistem reward and punishment untuk
membawa perubahan perilaku tertentu. Pendekatan lain mungkin melibatkan
serangkaian terkontrol eksposur terhadap pemicu fobia untuk menurunkan rasa
mudah terpengaruh seseorang ke sebuah ketakutan yang tidak masuk akal.
5.
Evaluasi dan Tindak Lanjut
Penilaian kegiatan bimbingan di
Sekolah/Madrasah adalah segala upaya, tindakan atau proses untuk menentukan
derajat kualitas kemajuan kegiatan yang berkaitan dengan elaksanaan program
bimbingan di Sekolah/Madrasah dengan mengacu pada kriteria atau patokan-patokan
tertentu sesuai dengan program bimbingan yang dilaksanakan. Kriteria atau
patokan yang dipakai untuk menilai keberhasilan pelaksanaan program pelayanan
bimbingan dan konseling di Sekolah/Madrasah mengacu pada ketercapaian
kompetensi, keterpenuhan kebutuhan-kebutuhan peserta didik dan pihak-pihak yang
terlibat baik langsung maupun tidak langsung berperan membantu peserta didik
memperoleh perubahan perilaku dan ke
arah yang lebih baik. Dalam keseluruhan kegiatan pelayanan bimbingan dan
konseling, penilaian diperlukan untuk memperoleh umpan balik terhadap
keefektivan pelayanan bimbingan yang telah dilaksanakan. Dengan informasi ini
dapat diketahui sampai sejauh mana derajat keberhasilan kegiatan pelayanan
bimbingan. Berdasarkan informasi ini dapat ditetapkan langkah-langkah tindak
lanjut untuk memperbaiki dan mengembangkan program selanjutnya. Kaitannya
masalah yang dihadapi Fulan yang diperoleh dari keseluruhan yakni: Pengumpulan
data, observasi, wawancara dsb. Serta pemberian teknik dengan menggunakan
pendekatan individual, home visit dengan
mendatangi kerumah Fulan dan mengadakan wawancara dengan orang tua Fulan dan
mengamati Fulan dalam lingkungan sekolah baik pergaulannya dengan teman-temannya
maupun pada saat jam pelajaran. Dalam evaluasi ini guru BK diharapkan bisa
mengembangkan bantuan atau bisa menilai sejauh mana proses bantuan itu
diterapkan.
C. MASALAH
SOSIAL
a.
Pengertian Masalah Sosial Secara Operasional
Menurut Soerjono Soekanto masalah
sosial adalah suatu ketidaksesuaian antara unsur-unsur kebudayaan atau
masyarakat, yang membahayakan kehidupan kelompok sosial. Jika terjadi bentrokan
antara unsur-unsur yang ada dapat menimbulkan gangguan hubungan sosial seperti
kegoyahan dalam kehidupan kelompok atau masyarakat.
Masalah sosial muncul akibat
terjadinya perbedaan yang mencolok antara nilai dalam masyarakat dengan realita
yang ada. Yang dapat menjadi sumber masalah sosial yaitu seperti proses sosial
dan bencana alam. Adanya masalah sosial dalam masyarakat ditetapkan oleh
lembaga yang memiliki kewenangan khusus seperti tokoh masyarakat, pemerintah,
organisasi sosial, musyawarah masyarakat, dan lain sebagainya.
Masalah sosial dapat dikategorikan
menjadi 4 (empat) jenis faktor, yakni antara lain :
1. Faktor Ekonomi : Kemiskinan,
pengangguran, dll.
2. Faktor Budaya : Perceraian,
kenakalan remaja, dll.
3. Faktor Biologis : Penyakit
menular, keracunan makanan, dsb.
4. Faktor Psikologis : penyakit
syaraf, aliran sesat, dsb.
Selasa, 18 juni 2013 pukul 17:26
b. Masalah
Sosial dalam BK
bimbingan konseling BK sosial
Proses
bantuan untuk memfasilitasi siswaagar mampu mengembangkanpemahaman dan
keterampilan berinteraksisosial, serta memecahkan masalah-masalahsosial yang
dihadapinya .
Tujuan BK sosial
Membantu
siswa agar mampu mengembangkan kompetensinya dalam hal sebagai berikut.
·
Bersikap respek (menghargai dan menghormati)terhadap orang
lain.
·
Memiliki rasa tanggung jawab dan komitmen terhadaptugas,
peran hidup dalam bersosialisasi.
·
Memiliki kemampuan berinteraksi sosial (humanrelationship).
·
Memiliki kemampuan berkomunikasi baik secara verbalmaupun
non verbal.
·
Memiliki kemampuan untuk menyesuaikan diri(adjusment)
Hakekat BK sosial
·
Bimbingan bersifat umum dan konseling bersifat khusus.
·
Pengajaran berbasis bimbingan :Kebiasaan berdo’a sebelum
belajar.
·
Sekarang ada persepsi bahwa bimbingan = konseling
·
Bimbingan lebih kearah pedagogik
·
Konseling lebih kearah teurapeutik.
Impikasi pada BK sosial :
·
Jika anak ditolak dalam sisi pribadi sosial , cenderung
bermasalahdalam masalah akademik..
D.
Contoh Kasus Masalah Sosial
Rizqi merupakan siswa SMA kelas XI,
dia suka menggoda teman wanita dikelanya. Dan hal tersebut membuat dia tidak
disukai oleh teman-temannya terutama teman wanitanya. Sehingga rizqi tidak
mempunyai teman, yang mengakibatkan dia sulit untuk mendapatkan teman serta
berkomunikasi dengan teman sebayanya.
a. Identifikasi Masalah
pada
tahap ini guru BK melakukan pengumpulan data untuk mendapatkan informasi yang
berkaitan dengan masalah yang dihadapi siswa. Berdasarkan data dan informasi
yang dikumpulkan oleh guru BK diperoleh beberapa hal yang dapat dijadikan acuan
guru BK untuk menganalisis masalah apa yang sebenarnya dialami siswa tersebut.
Identifikasi dalam pengamatan yang
dilakukan oleh guru BK secara langsung kali ini dapat diperoleh hasil bahwa
siswa yang bernama Risqi suka menggoda teman-teman perempuannya, dan Rizqi juga
sulit beradaptasi dengan teman satu kelasnya.
a.
Diagnosis
Dari pengamatan langsung yang
dilakukan oleh guru BK dapat ditarik kesimpulan bahwa siswa yang bernama Rizqi
tidak disukai teman-teman perempuannya. Sedangkan penyebab internalnya adalah
masalah pergaulannya yang suka menggoda teman-teman perempuannya, sedangkan
dalam keluarganya Rizqi tergolong ankak yang manja, nakal dan kurang diperhatikan
oleh kedua orag tuanya karena pekerjaan orang tuanya yang menuntut mereka harus
bolak-balik keluar kota dan jarang mempunyai waktu untuk dirumah.
Dilingkungan sekolahnya sebagian
besar teman-teman perempuannya suka membicarakan tingkah lakunya yang suka
menggoda, kemungkinan Rizqi tidak naik kelas.
b.
Prognosis
Berdasarkan hasil identifikasi
tersebut kemungkinan yang terjadi pada diri Rizqi jika masalahnya tidak cepat
diselesikan dan diatasi Rizqi akan tetap tidak menerima keputusan yang ada
dalam keluarganya, karena terbiasa bahwa masalah yang dihadapi diselesaikan
sesuai dengan keinginannya. Apabila masalah yang dialami cepat diatasi
kemungkinan Rizqi bisa menghadapi permasalahannya dengan profesional demi masa
depan yang akan diraihnya.
Usaha pemberian bantuan adalah upaya yang dilakukan untuk
membantu klien dalam memcahkan masalah menuju perkembangan yang optimal.
Pemberian bantuan ini harus disesuaikan dengan faktor penyebab timbulnya
masalah yang dihadapi oleh klien. Jenis bantuan yang direncanakan untuk klien
adalah sebagai berikut:
1) Konseling.
2) kerjasama dengan wali kelas.
3) konsultasi dengan guru BK.
4) kerjasama dengan orang tua wali
murid.
Mengingat waktu, situasi dan kondisi yang tidak
memungkinkan, maka altenatif yang dilakukan dalam usaha pembelajaran bantuan
tidak sesuai dengan yang direncanakan. Usaha pemberian bantuan yang
dilaksanakan sebagai berikut:
Konseling (bimbingan )
Dalam teknik ini pemberian bantuan dilaksanakan dalam bentuk
hubungan yang bersifat face to face yaitu antara klien dengan praktikan.
Layanan ini yang bertujuan untuk membantu klien dalam memecahkan masalah,
dengan bantuan yang diberikan praktikan terhadap siswa. Maka praktikan dapat
mengharapkan terjadi perubahan yang terjadi pada diri siswa agar tidak
menggulangi kembali masalah yang sudah terjadi.Dalam konseling praktikan
memberikan masukan bahwa setiap manusia pasti Mempunyai masalah mamun berat dan
ringannya permasalahan tesebut tergantung pada diri kita sendiri. untuk
menyikapinya, maka jalan yang disarankan adalah mendekatkan diri kepada tuhan
agar diberikan pikiran yang jernih dan lapang, agar masalah yang dihadapinya
menemukan jalan keluardan mengganggap bahwa semua itu pasti ada hikmahnya.
Selain itu sifat keterbukaan dan pikiran yang dewasa akan menyelesaikan segala
persoalan.
Kejasama dengan guru kelas
Kejasama ini dilakukan untuk mencari jalan keluar dari
masalah yang dihadapi oleh klien, karena wali kelas adalah orang yang paling
mengerti tentang latar belakang siswa yang bersangkutan . dengan pendekatan dan
interaksi secara kontinyu wali kelas dapat menyimpan segala rahasia tentang
siswa yang mengalami masalah bahkan wali kelas dapat memberikan bantuan secara
intentif dan dapatmemperhatikan dengan pendekatan personal. Hal ini dilakukan
dengan mengambil jam diluar jam pelajaran sehingga tidak menimbulkan
kecemburuan terhadap siswa.
kerjasama dengan guru BK.
Kerjasama dengan guru Bk ini berkenan dengan prilaku secara
umum yang dialami oleh klien, dengan data yang didapat praktikan melakukan
dengan mencari solusi untuk memecahkan masalah yang dialami oleh siswa
bersangkutan, hal ini menjadi penting karena dengan hanya memakai data yang ada
praktikan tidak cukup tepat dalam memberikan layanan bimbingan.
Kerjasama dengan orong tua ( wali ).
Kunjungan kerumah ( home visit ) dilakukan untuk mengetahui
latar belakang ( background ) keluarga dan kondisi klien dilingkungan rumah.
Komunikasi di lakukan dengan orang tua klien ( ibu ) agar klien diberikan
perhatian khusus dalam kaitannya dengan proses belajar dirumah. Jika dianggap
perlu sebaiknya didatangkan guru privat untuk memberikan bimbingan belajar bagi
klien, Untuk mengkordinasikan klien menjalani proses belajar di rumah, maka
secara bergantian seminggu 3x selama dua minggu kami memberikan bimbingan
belajar dengan cara jemput bila ke rumah klien. Rupanya usaha ini membuahkan
hasil, dimana orang tua semakin terbuka dan menyadari akan kebutuhan anak untuk
di berikan perhatian khusus dalam belajar. Selama ini orang tua hanya
memerintahkan anak untuk belajar, tetapi tidak pernah di bimbing dalam belajar.
Setelah proses bimbingan berjalan selama 4x pertemuan ternyata klien menujukan
perubahan yang cukup positif yaitu merasa nyaman untuk menjalani proses belajar
secara mandiri, pada tahap ini mulai muncul motivasi dan
c.
Langkah evaluasi dan follow-up
Follow up adalah usaha yang di lakukan konselor untuk
mengikuti perkembangan klien setelah klien mengambil suatu keputusan sendiri
untuk bertindak. Selain itu dalam upaya tindak lanjut konselor juga
mengevaluasi keberhasilan atau tidaknya upaya bantuan yang di berikan kepada
klien tentang masalah juga sosial yang di hadapi. Karena klien sering
memikirkan permasalahan tersebut maka akan mempengaruhi konsentrasinya dalam
belajar, maka usaha yang di berikan pada klien antara lain:
Untuk mengatasi masalah sosialnya:·
Melatih klien untuk bisa mengurangi sifatnya yang hiper
aktif yang suka mengganggu temanya. Sering mengajak ngobrol tentang apa yang ia
kehendaki atau yang ia cita – citakan.
Memotivasi klien untuk bergaul sewajarnya, terutama dengan
anak putri.
Memberikan pengertian bahwa semua permasalahan itu paasti
ada hikmahnya dan agar beruasha, bersabar dalam menjalani hidupnya dan jangan
lupa selalu berdo’a kepada tuhan yanga maha kuasa.
BAB
III
PENUTUP
a. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas dapat
ditarik kesimpulan bahwa Diagnosis merupakan
upaya untuk menemukan faktor penyebab atau menyebabkan masalah peserta didik.
Belajar Mengajar dalam konteks faktor-faktor yang menyebabkan kegagalan peserta
didik untuk belajar, dapat dilihat dari segi input, proses, atau out put
belajar. W.H. Burton dibagi menjadi dua faktor yang dapat menyebabkan kesulitan
belajar atau kegagalan siswa, yaitu: (1) faktor internal, faktor besumber
peserta didik dalam dirinya sendiri, seperti: kondisi fisik dan kesehatan,
kecerdasan, bakat, kean, emosi, sikap dan lainnya psikologis kondisi, dan (2)
faktor eksternal, seperti lingkungan rumah, lingkungan sekolah termasuk guru
dan faktor lingkungan sosial dan sejenisnya.
Sedangkan
Prognosis merupakan Langkah yang dilakukan untuk memperkirakan apakah masalah
yang dialami peserta didik masih mungkin untuk diatasi serta menentukan
berbagai alternatif solusi, ini dilakukan dengan mengintegrasikan dan
menginterpretasikan hasil langkah kedua dan ketiga. Proses mengambil keputusan
pada tahap ini harus dilaksanakan konferensi kasus pertama, melibatkan
pihak-pihak yang terkait dengan masalah yang dihadapi siswa untuk diminta
bekerja sama untuk membantu menangani kasus - kasus di tangan.
b. Saran
Dari hasil yang didapat selama proses layanan bimbingan,
mulai dari pengenalan klien sampai pemberian bantuan akhirnya praktikan
memberikan masukan yang diharapkan bisa dilakukan oleh pihak-pihak yang
bertanggung jawab demi pengembangan keberhasilan klien, antara lain yaitu :
1.Kepada pihak sekolah agar dapat memberikan layanan
bimbingan kepada siswa yang bermasalah dan bisa memberikan bantuan secara lebih
terfokus pada inti permasalahan yang dihadapi siswa.
2.Kepada orang tua klien hendaknya lebih bisa memperhatikan
anaknya dengan menciptakan sebuah lingkungan belajar yang lebih komunikatif
bagi klien sehingga klien bisa lebih terbuka terhadap masalah-masalah yang
dihadapinya.
3.Kepada guru bidang studi agar bisa berperan sesuai
dengan peran dan fungsinya sebagai pendidik, sehingga tidak menimbulkan kesan
guru tidak memiliki perhatian pada siswanya.
thank, izin copas, jazakalloh khoiron katsiron
BalasHapus