A.
Konsep dasar
Pandangan Trait and
Factor terhadap kepribadian:
Menurut
teori trait and factor, kepribadian merupakan sistem atau faktor yang
saling berkaitan satu dengan yang lainnya seperti kecakapan, minat, sikap dan
tempramen.Beberapa tokoh yang terkenal dalam teori trait and factor adalah Walter
Bigham, John Darley, Donald G.Paterson dan E.G.Williamson. Teori ini berpendapat
bahwa perkembangan kepribadian manusia di tentukan oleh faktor pembawaan maupun
lingkungan dan kepribadian adalah suatu sistem saling ketergantungan dengan
trai atau factor seperti kecakapan, minat, sikap, temprament.
Yang dimaksud dengan
trait adalah suatu ciri yang khas bagi seseorang dalam berpikir, berperasaan,
dan berprilaku, seperti intelegensi (berpikir), iba hati (berperasaan), dan
agresif (berprilaku).Ciri itu dianggap sebagai suatu dimensi kepribadian, yang
masing-masing membentuk suatu kontinum atau skala yang terentang dari sangat
tinggi sampai sangat rendah.
Teori
Trait-Factor adalah pandangan yang mengatakan bahwa kepsibadian seseorang dapat
dilukiskan dengan mengidentifikasikan jumlah ciri, sejauh tampak dari hasil
testing psikologis yang mengukur masing-masing dimensi kepribadian itu.
Konseling Trait-Factor berpegang pada pandangan yang sama dan menggunakan
tes-tes psikologis untuk menanalisis atau mendiagnosis seseorang mengenai
ciri-ciri dimensi/aspek kepribadian tertentu, yang diketahui mempunyai
relevansi terhadap keberhasilan atau kegagalan seseorang dalam jabatan dan
mengikuti suatu program studi.
Dan juga Istilah
konseling trait-factor dapat dideskripsikan adalah corak konseling yang
menekankan pemahaman diri melalui testing psikologis dan penerapan pemahaman
itu dalam memecahkan baraneka problem yang dihadapi, terutama yang menyangkut
pilihan program studi/bidang pekerjaan.
Bercorak
rasional, kognitif, "Directive Counseling / directive education" yang dikembangkan oleh Edmund Griffith
Williamson. Semula konseling vocational, kemudian peduli pada perkembangan
total individu,
Williamson menyebut dasar filsafatnya adalah personalisme, yang
memandang manusia sebagai makhluk individual yang unik dan memiliki
kemampuan-kemampuan yang dapat dikembangkan hingga mencapai tingkat yang
ekselen (excellent).
B.
Hakikat manusia
Dalam Pendekatan Trait and Factor,
memandang bahwa ada delapan dangan tentang manusia yang bisa disimpulkan dari
pendapat Williamson (Lutfi Fauzan, 2004:79) yaitu sebagai berikut:
1. Manusia membawa potensi baik dan buruk. Williamson berbeda dengan Rouseau yang
menganggap manusia pada dasarnya baik dan masyarakat atau lingkunganlah yang
membentuknya menjadi jahat. Menurut Williamson, kedua potensi itu, baik dan
buruk, ada pada setiap manusia. Tidak ada individu yang lahir membawa potensi
baik semata dan sebaliknya juga tidak ada individu yang lahir semata-mata penuh
dengan muatan yang buruk. Kedua sifat itu dimiliki oleh manusia, tetapi sifat
mana yang akan berkembang tergantung pada interaksinya dengan manusia lain atau
lingkungannya.
2. Bergantung dan berkembang optimal di masyarakat. Manusia memerlukan orang lain dalam
mengembangkan potensi dirinya. Aktualisasi diri hanya akan dapat dicapai dalam
hubungannya dan atau dengan bantuan orang lain, manusia tidak dapat hidup
sepenuhnya dengan melepaskan diri dari masyarakat.
3. Ingin mencapai kehidupan yang baik (good life).
Memperoleh kehidupan yang baik dan lebih baik lagi merupakan kepedulian setiap
orang.Salah satu dimensi kebaikan adalah “arête”.Manusia berjuang mencapai arête
yang menghasilkan kekayaan atau kebesaran diri. Konsep arête diambil dari
bahasa Yunani yang dapat diartikan kecemerlangan (axcelent)
4. Berhadapan dengan "pengintroduksi"
konsep hidup baik, dihadapkan pilihan-pilihan. Dalam keluarga, individu
berkenalan dengan konsep hidup yang baik dari orang tuanya. Disekolah dia
memperolehnya dari guru, selain itu dari teman dan anggota masyarakat yang
lain.
5.
Manusia merupakan individu yang unik karena terdapat perbedaan antara individu
yang satu dengan yang lainyna.
6. bahwa manusia
mencoba menggunakan pemahaman diri dan pengetahuan tentang kecakapannya untuk
mengembangkan potensinya.
Teori
ini berpendapat bahwa perkembangan kepribadian manusia tentukan oleh faktor
pembawaan maupun lingkungannya. Pada tiap orang ada sifat-sifat umum dan sifat
khusus terdapat pada seseorang yang merupakan sifat yang unik. Hal ini terjadi
karena pembawaan dan lingkungan tiap orang tidak sama. Pendirian ini memandang
bahwa kepribadian adalah suatu sistem saling ketergantungan dengan trait and
factor seperti kecakapan, sikap, tempramen dan lain-lain.
C. Hakikat
Konseling
1. Konseling
merupakan suatu proses belajar yang menekankan hubungan rasional antara klien
dan konselor.
2. Konseling
merupakan hubungan yang bersifat pribadi antara konselor dan klien yang
ditujukan untuk membantu klien memahami diri, menerima diri, mengarahkan diri,
dan mengaktualisasikan diri
3. Konseling
diupayakan sebagai mana pendidkan membantu klien mengembangkan dirinya sesuai dengan nilai-nilai pribadi dan
nilai-nilai masyarakat.
4. Konsep
konseling lebih luas dari pada konsep psikoterapi
D. Tujuan konseling
Tujuan
Konseling Trait and Factoradalah :
1.
Membantu klien agar
merasa lebih baik dengan menerima pandangan dirinya sendiri dan membantu klien
berpikir lebih jernih dalam menghadapi masalah dan mengontrol perkembangannya
secara rasional.
2.
Memperkuat keseimbangan
antara pengaktifan dan pemahaman sifat-sifat sehingga dapat bereaksi dengan
stabil dan wajar.
3.
membantu individu
mencapai perkembangan kesempurnaan berbagai aspek kehidupan manusia.
4.
membantu individu dalam memperoleh kemajuan
memahami dan mengelola diri dengan cara membantunya menilai kekuatan dan
kelemahan diri dalam kegiatan dengan perubahan kemajuan tujuan-tujuan hidup dan
karir
5.
membantu individu untuk memperbaiki
kekurangan, tidakmampuan, dan keterbatasan diri serta membantu pertumbuhan dan
integrasi kepribadian
Tujuan lainnya Membantu
individu tumbuh kearah perkembangan yang optimal dalam segala aspek
kepribadian.
a·
Self clrafication (kejelasan diri)
b·
Self anderstanding ( pemahaman diri )
c·
Self direction ( pengarahan diri )
d·
Self actualization ( perwujudan diri )
E.
Karakteristik
konseling
Karakteristik
konselor
1. Dapat
menempatkan diri sebagai guru
2. Berusaha
mengarahkan klien kearah yang lebih baik
3. Menerima
sebagian tanggung jawab atas masalah klien
4. Yakin
terhadap asumsi konseling yang efektif
5. Tidak netral
sepenuhnya
6. Memiliki
keahlian dan teori perkembangan manusia dan pemecahan masalah
7. Mempunyai
keahlian melaksanakan proses konseling secara fleksibel
8. Dapat melaksanakan strategi pengubahan tingkah laku
9. Mempunyai ketrampilan yang seharusnya dimiliki oleh konselor
Karakteristik
Klien :
1·
Bisa datang secara sukarela untuk konseling
2· Bersedia
belajar memahami dirinya dan mengarahkan diri
3· Menggunakan
kemampuan berfikir untuk lebih memperbaiki dirinya
4· Mau
bekerjasama dengan konselor
Karakteristik konseling :
1. Fokus
utama adalah kemampuan individu memecahkan masalah bukan terpecahnya masalah.
2. Lebih
mengutamakan sasaran perasaan dari pada intelek.
3. Masa
kini lebih banyak diperhatikan dari pada masa lalu.
4. Pertumbuhan
emosional terjadi dalam hubungan konseling.
5. Proses
terapi merupakan penyerasian antara gambaran diri klien dengan keadaan dan
pengalaman diri yang sesungguhnya.
6. Hubungan
konselor dan klien merupakan situasi pengalaman terapeutik yang berkembang
menuju kepada kepribadian klien yang integral dan mandiri.
7. Klien
memegang peranan aktif dalam konseling sedangkan konselor bersifat pasif
reflektif.
F.
Peran dan fungsi
konselor
Peran konselor
adalah memberitahukan, memberikan informasi, mengarahkan, oleh karena itu,
pendekatan ini di sebut directive education conseling
PERAN
KONSELOR
·
Sebagai guru
·
Sebagai motivator
·
Sebagai model
·
Sebagai evaluator
FUNGSI
KONSELOR
·
Dapat menempatkan diri sebagai guru
·
Menerima sebagian
tanggungjawab terhadap masalah klien
·
Bersedia mengarahkan klien ke arah yang lebih baik
·
Dapat melaksanakan proses konseling secara fleksibel
G.
Hubungan konselor
dengan klien
Hubungan konselor dengan klien merupakan
hubungan yang sangat akrab, sangat bersifat pribadi dalam hubungan tatap muka.Hubungan yang bersifat pribadi itu dimaksudkan agar konselor
dapat menempatkan diri secara emosional dan psikologis dalam kehidupan klien.
Dalam membantu individu mengembangkan
diri menjadi menusia yang penuh (full humanity), dibutuhkan hubungan
yang sangat individual (highly individualized) dan pribadi (Personalized).
Hubungan yang bersifat pribadi itu dimaksudkan agar konselor dapat menempatkan
diri secara emosional dan psikologis dalam kehidupan diri klien. Dalam hubungan
ini tidak semata-mata “problem centered”, artinya bantuan tidak
langsung atau tidak segera ditujukan pada pemecahan masalahnya, tetapi
mengembangkan kemampuan individu untuk memecahkan sendiri masalahnya. Suatu
hubungan didasarkan pada martabat dan kehormatan bantuan terhadap
klien mencapai kesimpulan hipotesis tentatif yang bermanfaat, yaitu memotivasi
klien sampai bisa menggunakan potensinya secara penuh (motivated him into
his full potentiality).
H.
Tahapan konseling
- Analisis
Analisis
merupakan langkah mengumpulkan informasi tentang diri klien beserta latar
belakangnya.Data yang dikumpulkan mencakup segala aspek kepribadian klien,
seperti kemempuan, minat, motif, kesehatan fisik, dan karakteristik lainnya
yang dapat mempermudah atau mempersulit penyesuaian diri pada umumnya.
Data yang
dikumpulkan diklasifikasikan menjadi dua yaitu:
1. Data
Vertikal (mencakup diri klien) yang dapat dibagi lebih lanjut atas:
- Data Fisik: kesehatan, cirri-ciri fisik, penampakan atau penampilan fisik dsb.
- Data Psikis: bakat, minat, sikap, cita-cita, hobi, kebiasaan dsb.
2. Data
Horizontal (berkenaan dengan lingkungan klien yang berpengaruh terhadapnya):
keluarga klien, hubungan dengan familinya, teman-temannya, orang-orang
terdekatnya, lingkungan tempat tinggalnya, sekolahnya dsb.
2. Sintesis
Sintesis
adalah usaha merangkum, mengolong-golongkan dan menghubungkan data yang telah
terkumpul pada tahap analisis, yang disusun sedemikian sehingga dapat
menunjukkan keseluruhan gambaran tentang diri klien.Rumusan diri klien dalam
sistesis ini bersifat ringkas dan padat. Ada tiga cara yang dapat dilakukan
dalam merangkum data pada tahap sistesis tersebut: cara pertama dibuat oleh
konselor, kedua dilakukan klien, ketiga adalah cara kolaborasi
3. Diagnosis
Diagnosis
merupakan tahap menginterpretasikan data dalam bentuk (dari sudut) problema
yang ditunjukkan. Rumusan diagnosis dilakukan melalui proses pengambilan atau
penarikan simpulan yang logis. Dari diagnosis ini dapat
menemukan ketetapan dan pola yang menuju pada ketetapan, permasalahan,
sebab-sebabnya, serta sifat-sifat siswa yang berarti dan relefan yang
berpengaruh kepada kemungkinan penyesuaian atau tidak penyesuaian.
Dalam tahap
ini terdapat dua kegiatan yang dilakukan, yaitu :
- Identiffikasi masalah, Berdasar pada data yang diperoleh, dapat merumuskan dan menarik kesimpulan permasalahan klien.
- Etiologi (Merumuskan sumber-sumber penyebab masalah internal dan eksternal). Dilakukan dengan cara mencari hubungan antara masa lalu, masa kini, dan masa depan yang dapat menerangka sebab-sebab gejala / permasalahan.
4. Prognosis
Menurut
Williamson prognosis ini bersangkutan dengan upaya memprediksikan
kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi berdasarkan data yang ada sekarang dan menentukan terapinya. Misalnya: bila seorang klien
berdasarkan data sekarang dia malas, maka kemungkinan nilainya akan rendah,
jika intelegensinya rendah, kemungkinan nanti tdak dapat diterima dalam SNMPTN dan karirnya tidak sesuai keinginannya.
5. Konseling
(Treatment)
Dalam
konseling, konselor membantu klien untuk menemukan sumber-sumber pada dirinya
sendiri, sumber-sumber lembaga dalam masyarakat guna membantu klien dalam
penyesuaian yang optimum sejauh dia bisa. Bantuan dalam konseling ini mencakup
lima jenis bantuan yaitu:
- Hubungan konseling yang mengacu pada belajar yang terbimbing kearah pemahaman diri.
- Mendidik kembali atau mengajar kembali sesuai dengan kebutuhan individu sebagai alat untuk mencapai tujuan kepribadiannya dan penyesuaian hidupnya.
- Konseling dalam bentuk bantuan yang dipersonalisasikan untuk klien dalam memahami dan trampil untuk mengaplikasikan pinsip dan teknik-teknik dalam kehidupan sehari-hari.
- Konseling yang mencakup bimbingan dan teknik yang bersifat menyembuhkan dan efektif
- Suatu bentuk mendidik kembali yang sifatnya sebagai katarsis atau penyaluran
Yang di maksud
konseling ialah usaha untuk membantu siswa sehingga lebih siap untuk memecahkan
masalah situasi pentesuaianya, sebelum begitu jauh terlibat dalam konflik diri
dan penilaiannya sehingga membutuhkan terapi yang dalam dan rumit.
6. Follow Up
Tindak
lanjut merujuk pada segala kegiatan membantu siswa setelah mereka memperoleh
layanan konseling. Teknik yang digunakan konselor
harus di sesuaikan dengan individualitas siswa , mengingat bahwa tiap individu
sifatnya unik, sehingga tidak ada teknik yang baku yang berlaku untuk semua. Tindak
lanjut ini juga mencakup penentuan keefektifan konseling yang telah
dilaksanakan.
I.
Teknik konseling
Teknik utama (major
technique) yang digunakan dalam konseling “Trait and Factor”, adalah :
a.Memperkuat persesuaian
antara konselor dengan klien
b. Mengubah
lingkungan klien
c. Memilih atau
menempatkan pada lingkungan yang sesuai
d. Mendorong klien
belajar tentang ketrampilan –ketrampilan yang diperlukan.
e. Mengubah
sikap-sikap klien.
Ada beberapa teknik umum yang digunakan dalam pendekatan ini :
A.
Attending.
Attending adalah perilaku konselor untuk melibatkan diri dalam
proses konseling meliputi : kontak mata, kualitas suara, jejak verbal, dan
bahasa tubuh.
Tujuan menggunakan teknik ini adalah :
1). Menunjukkan pada konseli bahwa proses konseling konselor memperhatikansepenuhnya
kepada konseli.
2). Mengkomunikasikan penerimaan konselor terhadap konseli.
3). Mengajak dan mengembangkan keterlibatan konseli secara
personal dalam melaksanakan sesi konseling.
4). Menangkap secara
utuh pesan dan ungkapan yang diberikan konseling baik dalam bentuk verbal
maupun non verbal.
B.
Opening.
Opening adalah
membuka kegiatan wawancara
Tujuan Pembukaan wawancara konseling untuk :
1). Menciptakan rasa aman konseling selama mengikuti sesi
konseling.
2). Mengurangi kecemasan dalam proses konseling.
3). Menciptakan kondisi fasilitas dalam konseling.
C.
Acceptence
Acceptence adalah penerimaan terhadap klien.
Tujuan teknik penerimaan untuk :
1). Mengkomunikasikan sikap dasar konselor terutama ketika
membentuk suasana akrab.
2). Disadarinya oleh konseling bahwa konselor benar-benar
mendengarkan apa yang dikatakannya.
3). Terbentuknya suasana emosional klien.
D.
Restatement dan Pharaprasing.
Restatement adalah mengulang atau menyatakan kembali sebagian
pernyataan konseling yang dianggap penting.
Pharaprase adalah mengulang kalimat/ pernyataan singkat konseli
secara utuh, apa adanya tanpa merubah makna.
Tujuan :
1). Diketahui oleh klien , bahwa konselor mendengarkan yang
dikatakannya.
2). Diperolehnya informasi penting.
3). Terujinya data yang diverbalissasikan klien.
E.
Reflection of Feeling
Reflection of Feeling adalah pantualan perasaan yang dinyatakan
dalam bentuk pernyataan / sikap yang terkandung di balik pernyataan klien.
Tujuan :
1). Dirasakannya oleh klien bahwa dirinya dipahami oleh konselor.
2). Terdorongnya
konseli lebih mengekprsikan perasaan-perasaannya terhadap situasi tertentu.
F.
Clarification.
Clarification adalah mengungkapkan kembali isi pernyataan klien
dengan menggunakan kata-kata baru dan segar.
Tujuannya :
1). Mengungkap isi
pesan utama yang disampaiakn klien.
2). Memperjelas isi
pesan yang diungkapkan klien.
G. Structuring
Struckturing adalah
penegasan tentang batas-batas konseling itu sesungghnya.
Tujuannya :
1). Diperolehnya
kesamaan harapan konselor dan klien.
2). Dipeerolehnya
kesepakatan dari konseling mengenai apa terlibat dalam
metode dan tujuan
konseling.
H. Summary
Meringkas adalah suatu proses untuk memadu berbagai
ide dan perasaan dalam
satu pernyataan pada akhir suatu unit wawancara konseling.
Tujuannya :
1). Memadukan
unsur-unsur tema yang muncul dalam pembicaraan.
2). Mengidentifikasi
pola isi pembicaraan konseli.
3). Menghindari
pembicara yang diulang-ulang dan bertele-tele.
4). Merangkum
kemajuan yang telah dicapai dalam proses konseling.
H. konfrontasi
( pertentangan )
Ada kesenjangan dari
konseli, kemudian konselor mengumpan balikan pada klien
I. Interpetasi ( penafsiran )
Menggali arti dan makna yang terdapat di belakang
kata-kata, tindakan klien.
J.
Termination (
pengakhiran )
Mengakhiri komunikasi proses konseling
I.
Kelebihan dan
kekurangan
Kekurangan
- Pandangannya terlalu menekankan kepada pengendalian konselor dan hasil yang dicapai pada diri klien lebih banyak tergantung kepada keunggulan konselor dalam mengarahkan dan membatasi klien.
- Banyak meminimalkan atau mengabaikan aspek afektif klien yang justru seharusnya menjadi kepedulian konselor.
- Terlalu banyak pertimbangan yang ditekankan pada data obyektif. Penggunaan dan keyakinan yang berlebihan terhdap data ini kurang tepat karena keterbatasan reliabilitas, validitas, dan kelengkapan alat dan datanya.
- Suatu dilema bagi konselor karena ia harus mendorong dan meyakinkan klien mewujudkan kemampuannya, tetapi ia harus melakukannya tanpa persuasi (tanpa memberikan pengaruh ).
Kelebihan
1)
Penekanan
pada penggunaan data tes obyektif, membawa kepada upaya perbaikan dalam
pengembangan dan penggunaannya, serta perbaikan dalam pengumpulan dan pengunaan
data lingkungan.
2)
Penekanan
yang diberikan pada diagnosis mengandung makna sebagai suatu perhatian masalah
dan sumbernya dan mengarah pada upaya mengkreasikan teknik-teknik untuk
mengatasinya.
3)
Bersifatrasional, logis dan intelektual